Rabu, 13 Januari 2010

JENDERAL POL. SUSNO DUAJI Vs MABES POLRI

Episode Cicak Vs Buaya, analogi "pertempuran" antara KPK Vs Polri seperti yang dinyatakan oleh Jenderal Susno Duaji (SD) berakhir antiklimaks dengan dicopotnya SD dari jabatan Kabareskrim Mabes Polri dan dilepaskannya Bibit & Chandra (B&C) dari tahanan Polri.
SD yang sempat mengukir prestasi ketika menjabat sebagai Kapolda Jabar dengan melakukan reformasi di lingkungan Polda Jabar. Ketika itu banyak teman-teman saya yang mengurus SIM dan STNK hanya membayar biaya resmi tanpa ada pungutan liar sesenpun. Pada saat duduk di PPATK beliau juga sempat melontarkan pernyataan ada beberapa Jenderal Polisi yang memiliki rekening ratusan milyar, bahkan ada satu jenderal yang konon kabarnya memiliki rekening lebih dari satu triliun.
Namun prestasi itu tertutup dengan apa yang dituduhkan kepadanya sebagai salah satu aktor yang berupaya keras mengkriminalisasi KPK bersama Anggodo dkk. Masyarakat menghujat SD dan memberikan dukungan moral luar biasa besar pada B&C dari KPK. Institusi Polri menjadi bulan-bulanan masyarakat luas. Analogi Polri sebagai buaya dan KPK sebagai cicak yang dipopulerkan SD ibarat senjata makan tuan.
Kini perseteruan berbalik ke internal Polri. SD dengan dalih untuk mengungkapkan kebenaran maju menjadi saksi yang meringankan Antasari (AA). Mabes Polri menyalahkan SD maju menjadi saksi tanpa ijin. Segala fasilitas yang selama ini dinikmati seperti rumah, mobil dinas, ajudan dan pengawalan langsung ditarik. Untuk melaksanakan penarikan tersebut Mabes Polri mengirim Densus 88. Yang mengagetkan SD menerima ancaman via SMS akan dibunuh termasuk cucu kesayangannya.
SD terus berbicara di media, demikian pula Mabes Polri. SD tidak gentar sedikitpun berhadapan dengan institusinya. Sementara Mabes Polri berhitung dengan cermat, mengingat SD pasti memiliki data dan kartu truf. Sebagai seorang jenderal yang pernah duduk di PPATK, SD pasti memiliki data rekening sebagian besar jenderal polisi, bahkan dapat dipastikan SD memiliki data rekening Kapolri dan Presiden beserta keluarganya.
Masyarakatpun menebak, jika SD berani berhadapan dengan Kapolri dan stafnya dapat dipastikan SD memiliki senjata pamungkas. Pernyataan yang sangat berani dari SD adalah: "Satgas Anti Mafia Korupsi di Polri tidak diperlukan jika Kapolri anti korupsi". Anehnya pernyataan ini tidak direspon sama sekali oleh jajaran Polri yang biasanya sangat responsif. Namun akhir perseteruan ini mudah diduga, karena siapa yang menang akan hancur dan yang kalah menjadi abu.
Anti klimaks perseteruan SD dengan Mabes Polri sudah mulai nampak ketika kemarin Kaba Intel Mabes Polri mengunjungi SD di rumahnya. Peristiwa itu dapat diduga awal dari sebuah negosiasi dan Mabes Polri mengajukan penawaran agar SD bersedia menutup mulutnya. Rakyat juga sudah jenuh melihat kelakuan para pejabat tersebut, mungkinkah Allah swt masih berkenan membuka hati mereka, agar mereka amanah dalam menjalankan tugas sehingga rakyat mendapatkan pengayoman seperti yang dijanjikan kepolisian? (HRS