Selasa, 26 Maret 2013

Penyerbuan Lapas Cebongan Sleman, "PETRUS" baru

Penyerbuan Lapas Cebongan, mengingatkan Penembak Misterius (PETRUS) pada tahun 1982 an. Dimana banyak preman bergelimpangan mati ditembak, ada yang dikarungi dan banyak juga yang dibiarkan tergeletak di got, pinggir jalan, perkebunan dan di tanah lapang. Kegiatan tsb kalau dilihat dari sisi HAM memang salah, namun kalau dilihat dari sudut keamanan masyarakat sangat melegakan, kenapa? Karena pada saat itu keamanan masyarakat sangat rawan, kejahatan dapat terjadi dimana saja dan kapan saja, sehingga masyarakat menjadi was-was melakukan kegiatan terlebih di malam hari. Namun setelah "Petrus" dilaksanakan keamanan langsung membaik, karena preman-preman yang masih hidup kala itu langsung "ngumpet". Tanda-tanda tato ditubuh mereka berusaha dihilangkan, meskipun dengan cara menyeterika tubuh. "Gali-gali" di Jawa Tengah tiarap ketakutan, sehingga para pengusaha/pedagang kecil tenang berusaha, karena tidak lagi diperas setiap hari.
"PETRUS" menjadi istilah yang sangat populer di masyarakat kala itu, dan dipastikan hampir seluruh masyarakat mendukung program tsb, terlepas bahwa program tersebut  dinilai melanggar HAM.
LSM kala itu menyalahkan pemerintah c.q. aparat keamanan, namun mereka sama sekali tidak melakukan aksi apa-apa ketika keamanan masyarakat dirampas oleh para preman atau gali-gali tsb.
Demikian pula kenapa sekarang dengan dalih macam-macam para penyerbu Lapas Cebongan dihujat, bahkan hujatan mengarah pada satuan khusus tertentu. Kenapa mereka tidak fokus menciptakan keamanan masyarakat dari gangguan para preman, bukankah para preman-preman tsb sudah melakukan aksi mereka sejak lama. Mustahil kalau aparat tidak mengetahui ulah mereka. Kenapa pemerintah baru bereaksi setelah para preman tsb membunuh aparat TNI? Apakah aparat keamanan juga akan bereaksi cepat jika yang menjadi korban pembunuhan preman adalah rakyat kecil? Betapa banyak peristiwa kejahatan yang tidak terungkap.
Seandainya betul bahwa para pembunuh preman adalah kolega atau simpatisan anggota TNI yang terbunuh, apakah sepenuhnya salah, mengingat proses hukum di negeri ini "dapat diatur". Slogan-slogan percayakan pada penegak hukum adalah slogan kosong yang menyakitkan rakyat kecil.
Oleh sebab itu saya menyarankan pada pemerintah agar peristiwa penyerbuan Lapas Cebongan Sleman tidak terulang, tegakkan hukum dengan benar. Aparat yang bertanggung jawab terhadap keamanan dan ketertiban masyarakat agar bersikap proaktif dalam menciptakan kondisi yang aman dan tenteram. Jangan pura-pura tidak tahu jika didepannya para preman bertindak seenaknya.
Saya tidak mendukung penyerbuan Lapas, tetapi saya juga tidak ingin membela para preman yang ditembak, semuanya itu terjadi karena penegakkan hukum yang lemah di negeri ini, karena hukum dapat dibeli. Sekarang lalu lintas di Jakarta sudah "Tidak Beradab", lampu dan rambu-rambu lalu lintas tidak dipatuhi, apakah ada aparat yang peduli?,
Semoga saja tidak ada orang stress yang menyerbu para pelanggar lalu lintas di negeri ini......... kemudian baru dikomentari rame-rame....... sungguh budaya yang tidak bermutu.