Rabu, 10 Maret 2010

SURGA DUNIA Vs SURGA DI AKHIRAT

Dalam sebuah hadist Rasulullah bersabda: "Sekecil-kecilnya kavling di surga adalah sebesar dunia ini ditambah sepuluh kali lipatnya" (HR Muslim), artinya penghuni surga yang paling miskin adalah yang kavlingnya sebelas kali lipat dunia ini. Subhanallah. Allahu Akbar. Kalau kavlingnya sebesar itu, bagaimana dengan fasilitasnya? Jawaban pertanyaan tersebut terjawab oleh hadist yang diriwayatkan Iman Achmad bin Hanbal sbb.: "Fasilitas terendah yang diberikan kepada penghuni surga adalah seorang yang diberi pembantu sebanyak 80.000 orang" dalam hadist yang lain yang juga diriwayatkan imam Achmad bin Hanbal, Rasulullah juga bersabda: "Belum cukup dengan itu fasilitas terkecil bagi penghuni surga adalah seseorang yang dijodohkan oleh Allah swt dengan 72 bidadari selain isterinya didunia".
Imam Bukhari meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda: "Apabila wanita penghuni surga itu meludahi dunia, maka dunia ini akan harum seluruhnya"
Namun demikian meskipun Rasulullah telah menjelaskan dengan terang benderang perihal kondisi surga dan sebagian kecil fasilitasnya, sebagian besar muslim khususnya muslim Indonesia lebih senang mengejar surga dunia. Meskipun untuk meraihnya mereka harus menipu, korupsi, mencuri, memeras, mendzolimi orang lemah dan makan/minum yang diharamkan oleh agama. Segala perintah Allah swt dan Rasulnya dilanggar seolah-olah Tuhan tidak tahu apa yang diperbuatnya. Lantas dimana posisi kita?

HORE INDONESIA NEGARA TERKORUP DI ASIA

Jika dalam olahraga pasti rakyat Indonesia akan menggelar syukuran ketika Indonesia dinyatakan sebagai juara Asia, namun apa reaksi rakyat Indonesia ketika Political and Economic Risk Consultancies (PERC) melalui hasil survei telah menetapkan Indonesia sebagai Negara Terkorup se Asia dengan indeks 9,7 dari total indeks 10. Hasil survei ini dirilis pada hari Senin 8 Maret 2010 kemarin.
Kalau pelajar tentu akan senang sekali dan akan mendapatkan hadiah dari orangtua ketika nilai matematikanya 9,7. Namun sayangnya indeks tersebut bukan merupakan indeks prestasi tetapi indeks kebobrokan bangsa dan negara kita.
Menanggapi hasil survei ini KPK maupun Direktur Pusat Kajian Anti Korupsi UGM menyatakan bahwa itu adalah sebuah fakta, dan fakta tsb terbentuk akibat lemahnya komitmen dan kosistensi pemerintah dalam pemberantasan korupsi. Ketua KY pernah mengusulkan agar dilakukan evaluasi total pada aparat penegak hukum jika perlu dilakukan seleksi ulang namun usulan tersebut sama sekali tidak direspon oleh Presiden RI yaitu SBY (Republika, 10 Maret 2010). Harian Kompas 2 hari berturut-turut (8,9 Maret 2010)memuat tulisan yang intinya "budaya setoran" di kepolisian dan kejaksaan sudah mengakar kuat. Akibatnya sering terjadi REKAYASA KASUS PIDANA, korban diperas habis-habisan. Rekayasa kasus ini melahirkan peradilan sesat, artinya orang tidak bersalah dihukum penjara oleh pengadilan. Rekayasa kasus seperti ini terbanyak pada kasus narkoba dan pidana. Mengerikan bukan?.
Kenapa ini terjadi? ini bukan semata-mata kesalahan pejabat atau koruptor semata, tetapi masyarakat juga. Seringkali masyarakat lebih memberikan penghormatan kepada orang-orang kaya (termasuk koruptor) daripada "orang baik" seperti ulama dan guru.
Kalau saja rakyat patuh pada seruan seorang buya yang menyatakan bahwa kalau ada koruptor yang mati jangan disholatkan, maka sanksi sosial tersebut akan sangat berdampak pada berkurangnya perilaku korup. Sanksi sosial seperti ini akan lebih pas untuk melawan koruptor dan keluarganya. Kalau sanksi pidana mereka tidak akan pernah takut, karena semua aparat bisa dibeli. Jika di penjara, koruptor dapat membangun sel yang lebih mewah dari hotel bintang 5 sekalipun. Tetangga saya mantan Direksi sebuah bank dipenjara 2 tahun karena dituduh korupsi Milyaran rupiah, tetapi tetap bisa punya anak selama masa tahanan, dan ketika habis masa tahanan ybs menggelar syukuran. Dengan bangganya menceritakan bahwa jumlah rupiah yang dikorup 50% dibagi-bagikan pada aparat dan setelah keluar dia masih mendapatkan sisa 50%nya. Karena koruptor tidak pernah mengenal RIBA, maka sisa hasil korupsi kalau didepositokan bunganya melebih gaji manajer madya, ujarnya dengan bangga. Dengan kondisi seperti itu, sang tetangga tetap dapat ketemu isteri meskipun statusnya terpidana sehingga lahirlah anak mereka. Cerita ini mirip seperti yang sering diceritakan oleh seorang ustad bekas Napi Kakap yaitu Anton Medan.
Makanya sebagai bagian dari masyarakat kita harus mendukung himbauan untuk tidak ikut mensholatkan koruptor. Menebak seseorang koruptor atau bukan sebetulnya sangat mudah, dilihat dari pekerjaannya dan kondisi ekonominya, maka sudah dapat dipastikan apakah ybs koruptor atau bukan.

TERIMA KASIH UNITED TRACTORS, TERIMA KASIH BRI, TERIMA KASIH GURUKU

Meskipun sudah terlambat saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih pada PT UNITED TRACTORS Tbk (UT) dan BANK RAKYAT INDONESIA, Tbk (BRI) serta teman-teman dari SDMList dan PERMATA BANGSA.
Dengan sangat mudah Direksi UT dan BRI menyalurkan bantuan sebagai sponsor terhadap kegiatan pelatihan gratis untuk 100 guru angkatan I. Ketika saya menyampaikan proposal pelatihan manajemen UT & BRI menyambut gembira program pemberdayaan guru tersebut dan dalam hitungan menit masing-masing manajemen mensponsori 50%-50% dari seluruh biaya yang dikeluarkan. Bahkan UT menawarkan Training Centernya yang mampu menampung 100 orang untuk dipakai secara gratis. Ruang training UT setara dengan hotel bintang 4, sangat memadai untuk pelaksanaan pelatihan tsb. Demikian juga manajemen BRI menawarkan ruang training yang berlokasi di daerah Ragunan untuk dimanfaatkan bagi angkatan selanjutnya.
Program ini benar-benar dihadiri 100 guru TK/SD/SMP/SMU dan seluruh peserta hadir penuh, tepat waktu dan menikmati pelatihan selama 2 hari tersebut. Bahkan 6 orang guru dari Bandung juga hadir dengan penuh antusias.
Pelatihan ini menghadirkan Nara Sumber diantaranya: Prof. DR I Made Putrawan (Direktur PPs UNJ), Prof. DR.H. Soedijarto, MA (Mantan Dirjen), Prof. Conny Semiawan (mantan Rektor UNJ), Prof. Aris Pongtuluran, Ph.D (Guru Besar UNJ), Ir Hendri S Suardi, MBA (Direktur Keuangan dan Admin PT ELNUSA), Sadrah Rianto (Direktur Madania), Drs. Sarwono Sudarto, MBA/Djoko, M.COM (Direksi BRI) dan DR H. Robert Sudaryono, SH, MBA, MM sebagai penanggung jawab pelatihan. Seluruh peserta tidak dipungut biaya alias gratis, bahkan mendapatkan kaos seragam dari UT, Snack 2x/hari dan makan siang, serta uang transpot sebesar Rp.60 ribu sedangkan yang dari Bandung mendapatkan Rp.100 ribu,-.
Luar biasa antusias para peserta selama latihan, terlihat dari kesan dan pesan yang dituliskan para guru yang sangat mengharapkan pelatihan ini berkelanjutan.
Motivasi penyelenggaran pelatihan ini semata-mata adalah murni idealisme dan balas budi bagi jasa para guru yang telah mencerdaskan bangsa, meskipun pemerintah selama ini tidak begitu menghargai jasa-jasa mereka. Sertifikat yang ditanda-tangani oleh Prof Dr. Soedijarto, MA sebagai Ketua Umum Ikatan Sarjana Pendidikan, dapat digunakan untuk melengkapi portofolio guru sebagai kelengkapan proses sertifikasi. Tema pelatihan adalah : "MENUJU GURU MASA DEPAN"
Ketika diberikan kesempatan untuk menyampaikan kesan dan pesan pada saat penutupan acara, para guru menyatakan sangat terharu dan bangga ternyata masih ada organisasi dan perusahaan yang memperhatikan dan menghargai jasa-jasa para guru. Terima kasih mereka nyatakan berulang-ulang dan mendoakan panitia dan sponsor agar selalu sukses. Doa tulus dari para guru Insya Allah akan dijabah oleh Yang Maha Kuasa. Dan saya sudah merasakan langsung akibat doa para guru tersebut. Sayang karena keterbatasan waktu angkatan ke 2 belum bisa dilaksanakan meskipun beberapa perusahaan sudah menyatakan ingin mensponsori kegiatan seperti ini. Terima kasih Guruku semoga Allah SWT menyematkan bintang jasa di dadamu. Amin.