Rabu, 18 Februari 2015

Presiden "Andap Asor lah.."

Pemimpin-pemimpin Islam pada masa  "Sahabat dan Tabiin" senantiasa mencontoh 4 sifat Rasulullah SAW ketika memimpin yaitu Shiddiq, Amanah, Fathonah, dan Tabligh. 

Shiddiq artinya benar. Bukan hanya perkataannya yang benar, tapi juga perbuatannya juga benar. Sejalan dengan ucapannya.  Amanah artinya benar-benar bisa dipercaya. Jika satu urusan diserahkan kepadanya, niscaya orang percaya bahwa urusan itu akan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Fathonah artinya cerdas dan Tabligh artinya menyampaikan. Para sahabar seperti Abu Bakar, Umar, Ustman dan Ali serta Umar bin Abdul Azis, ketika menjadi khalifah mereka juga hidup sangat sederhana dan rendah hati. Memang mereka memimpin tidak lama dibandingkan para pemimpin dibeberapa negara era saat ini seperti M Kadhafy, Sukarno, Suharto, Marcos dlsb. Namun kehidupan rakyatnya sejahtera, bahkan ketika Khalifah Umar bin Abdul Azis memimpin, kesejahteraan rakyatnya mencapai puncak, sehingga seluruh rakyatnya tidak ada yang masuk kriteria penerima zakat.
Di negeriku yang gemah ripah loh jinawi dan bernama Indonesia saat ini memiliki pemimpin yang bernama Jokowi, orangnya sederhana dan berasal dari keluarga sederhana. Penampilannya tidak menunjukkan ada indikator kesombongan dalam dirinya. Bahkan beliau juga sempat menulis sebuah filosofi hidup yang telah lama berkembang di kalangan orang Jawa yaitu "Surodiro jayadiningrat lebur dening pangastuti" 
Baru sekitar 100 hari beliau memimpin negeri ini, beliau sudah dihadapkan pada masalah besar tentang pengajuan calon Kapolri. Sumber petakanya adalah ketika Jokowi mencopot Jenderal Polisi Sutarman sebagai Kapolri dan Komjen Suhardi Alius sebagai Kabareskrim. Sayangnya pencopotan para jenderal tersebut seperti dipahami masyarakat bukan karena alasan profesionalitas melainkan karena desakan para partai pendukung khususnya dimotori oleh Megawati dan Surya Paloh. Mereka berdua rupanya memiliki pengaruh besar terhadap Jokowi, sehingga Jokowi tidak terlihat sebagai Presiden Republik Indonesia, melainkan semata sebagai pegawainya Mega dan Paloh.
Kalau saja sebagai muslim Jokowi mau meneladani sifat Rasulullah dalam memimpin negeri ini, rakyat tidak akan menghujat Jokowi. Shiddiq yang artinya benar, bukan saja perkataannya yang benar namun perbuatannya juga harus benar. Perkataan sesuai nurani, perbuatan sesuai perkataannya. Jokowi dalam kampanyenya senantiasa mengatakan akan menciptakan pemerintahan yang bersih dari korupsi, namun pada kenyataannya justru mencalonkan Kapolri yang menjadi tersangka korupsi. 
Sifat shiddiq telah diingkari Jokowi dengan penuh kesadaran hanya karena kepatuhannya pada Mega dan Paloh. Jokowi lebih patuh pada Mega dibanding pada Rasulullah saw. Sementara sifat amanah Jokowi juga belum terlihat, terlebih jika nanti Jokowi sampai melantik Kapolri yang tersangka korupsi. Bagaimana mau dikatakan amanah jika kepercayaan yang diberikan padanya untuk menciptakan pemerintahan bersih dikhianati dengan penuh kesadaran. Rakyat memilih Jokowi sebagai pemimpin negeri ini adalah untuk membersihkan negeri ini dari pejabat korup, sehingga kehidupan masyarakat akan sejahtera. Fathonah yang berarti cerdas. Jokowi memiliki kecerdasan jauh di atas rata-rata orang itulah sebabnya karirnya terus bersinar, mulai dari pengusaha kecil yang terus berkembang, kemudian menjadi walikota, Gubernur dan Presiden membuktikan bahwa beliau memiliki kecerdasan yang luar biasa. Namun kepatuhan terhadap mega dan paloh telah membuat Jokowi tidak memanfaatkan kecerdasan untuk mengurai masalah besar yang menjadi ancaman bagi bangsa dan negeri ini. Tabliq, Jokowi telah menyampaikan tentang sebuah program yang luar biasa hebat yang dituangkan dalam Nawa Cita. Beliau telah menyampaikan program tersebut pada rakyat Indonesia, namun lagi-lagi program yang telah disampaikan pada rakyat tersebut kembali diingkari, negeri yang bebas dari korupsi ternyata hanya sebuah slogan kampanye untuk meraup suara.
Pada awal pemerintahannya Jokowi telah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM), dan setelah mengumumkan kenaikan BBM tersebut dengan bangganya beliau mengatakan bahwa pemimpin itu harus berani mengambil resiko tidak populer. Bahkan beliau juga dengan kesan sombong menyindir presiden sebelumnya yaitu SBY dengan mengatakan bahwa kalau ada kebijakan kenaikan BBM pada era SBY diumumkan oleh seorang menteri, maka pada eranya Jokowi mengatakan diumumkan sendiri, untuk menunjukkan sebagai pemimpin yang berani mengambil resiko.
Namun pada kasus Cicak Vs Buaya I dan II, SBY dengan berani mengambil keputusan menyelamatkan Komisioner KPK, bahkan menyelamatkan seorang penyidik (Novel Baswedan) ketika akan dikriminalisasi.
Namun pada era Jokowi terjadi pembiaran terhadap proses kriminalisasi para pimpinan KPK bahkan para penyidiknya. Beliau ternyata takut pada Polri, meskipun secara organisasi Polri berada di bawah komando presiden.
Kenapa ketika menaikkan harga BBM Jokowi berani karena yang dihadapi cuma rakyat jelata, yang tidak punya senjata dan kekuatan, sehingga tidak ada resiko apa-apa. 
Akhirnya saya juga sangat menyesal ketika telah memilih Jokowi sebagai presiden RI, saya dulu menduga beliau adalah orang yang jujur, mau hidup sederhana dan memiliki integritas. Dugaan saya yang paling salah adalah dulu saya menduga bahwa Jokowi hanya takut pada Allah dan RasulNya, nyatanya takutnya cuma sama Mega dan Paloh. Astagfirullah ....   ternyata beliau merupakan bagian dari surodiro joyodiningrat.....