Selasa, 06 April 2010

BULLYING PRODUK "GENERASI HARAM"

Pemberitaan media baik cetak, maya, maupun layar kaca belakangan sangat gencar perihal praktek bullying di sekolah-sekolah, mulai dari SD sampai perguruan tinggi. Kekerasan yang dilakukan senior terhadap yunior sudah keterlaluan karena pada beberapa kasus sang yunior yang berstatus mahasiswa sampai harus meninggal dunia. Di beberapa sekolah menengah atas dan pertama sang yunior menderita fisik yang lumayan berat seperti patah tangan dan penglihatan terganggu selamanya. Sekolah-sekolah favoritpun tak luput dari praktek kekerasan dan sayangnya praktek tsb dibiarkan saja oleh para kepala sekolah dan guru. Para guru "pura-pura" tidak tahu terhadap tindak kekerasan seperti ini,sementara aparat penegak hukum juga cenderung pasif menangani kasus ini karena biasanya para pelaku kekerasan adalah anak-anak pejabat atau jika bukan pejabat adalah anak-anak "orang kuat"
Kenapa anak-anak muda dan remaja ini senang melakukan kekerasan justru pada yuniornya sendiri yang notabene adalah sahabat sendiri? Kenapa anak-anak muda dan remaja ini tega melihat sahabatnya sendiri menderita? Kenapa anak-anak muda dan remaja ini seperti memperoleh kepuasan ketika melihat sahabatnya sendiri tidak berdaya diperlakukan sewenang-wenang? Kenapa generasi ini justru memperoleh kepuasan jika berhasil mendzolimi sahabatnya sendiri?
Saya pernah mendengarkan khotbah KH Abdullah H (penasehat KPK) pada saat Sholat Idul Adha di Masjid Raya Al-Azhar Sentra Primer beberapa waktu yang lalu. Dalam salah satu materi khotbahnya beliau menjelaskan bahwa untuk menghindari bencana yang lebih besar lagi melanda negeri ini adalah dengan cara melahirkan Generasi Rabbani. Generasi ini hanya dapat dibangun jika anak-anak dibesarkan dan diberikan nafkah dari uang yang halal, bukan hasil korupsi, menipu dan memeras uang lain. Demikian juga dalam sehari-hari orang tua harus mampu memberikan contoh yang baik dalam beribadah, kejujuran, sopan santun dalam bersikap dan tolong menolong.
Dengan demikian kita dapat menarik kesimpulan bahwa anak-anak yang dibesarkan dari uang haram (hasil korupsi, menipu dan memeras orang lain)akan melahirkan generasi yang tidak Islami, cenderung kasar, suka menindas orang lain dan tidak memiliki empati. Apalagi jika dalam kehidupan sehari-sehari orang tuanya tidak mampu memberikan contoh yang baik dalam beribadah dan berperilaku, maka anak-anak akan tumbuh menjadi "Generasi Haram", tidak peduli mereka berangkat ke sekolah diantar mobil mewah, mengenakan sepatu dan asesoris lainnya yang serba berkelas. Ketika mereka sudah terbentuk menjadi generasi haram, maka mereka tidak akan segan-segan mendzolimi orang lain, baik ketika mereka masih berstatus pelajar atau mahasiswa maupun ketika mereka sudah dewasa bahkan tua sekalipun.