Kamis, 28 Februari 2013

Generasi Muda Dalam Putaran Arus dan Gelombang Korupsi.



Media baik cetak, layar kaca maupun online belakangan gencar menyebut nama Nazarudin, Andi M dan adiknya, Luthfi, Anas, Ibas, Neneng (isteri Nazar), Angie, Ridwan Hakim (anak Hilmi), Zulkarnaen Djabar dan anaknya Dendy Prasetia  dalam putaran berita-berita mengenai korupsi, dari mulai kasus Wisma Atlit, Hambalang, Century, Daging Sapi dan Alquran. Masih banyak nama-nama lain namun nama-nama tersebut sudah mewakili generasi muda dari berbagai aliran. Mereka anak-anak muda yang luar biasa, dalam kesehariannya bergelimang dengan kemewahan dengan berbagai latar belakang seperti keturunan pengusaha, orang biasa, ustad, dan para elite negara. Ada yang suami isteri, bapak/anak, kakak/adik ada Ketua Umum Partai, Bendahara, Sekretaris Jenderal, Presiden Partai, Wakil Ketua Umum, dll sungguh luar biasa
Jika benar mereka semua nantinya terbukti terlibat dalam praktek korupsi, maka rezim sekarang benar-benar telah berhasil membudidayakan koruptor. Lihatlah betapa masive dan beraninya operasi mereka. Anak-anak muda dengan rekening pribadi milyaran rupiah tanpa kerja keras
Beberapa tahun yang lalu Ustad KH Abdullah Hehamahua (Penasehat KPK) menjadi Khotib Idul Adha di Masjid Al-Azhar Sentra Primer Jakarta Timur. Inti khotbahnya adalah, jika ingin mencetak generasi Rabbani, maka selain sang anak harus diberikan makan, minum dan pakaian yang halal, juga harus dididik dengan baik, seperti orang tuanya memberikan teladan dalam ibadah dan perilaku kehidupan sehari-hari.
Kasus korupsi yang mungkin mereka lakukan haruslah menjadi rujukan bagi keluarga muda di negeri ini, agar berhati-hati dalam mencari rejeki tetap sabar dan tawakal dalam kekurangan. Bagi generasi muda juga jangan mudah tertipu oleh ajakan-ajakan ustad-ustad sesat yang mengajak mereka masuk partai dengan alasan berdakwah dan mencegah kaum kufar menguasai negeri ini. Toh fakta sudah membuktikan setelah sang ustad menjadi Pimpinan Partai bukan konstituen yang diperjuangkan tetapi lebih memilih untuk memenuhi nafsu keserakahan mereka sendiri dengan memiliki isteri banyak dan hidup penuh kemewahan, boro-boro memperjuangan kaum muslimin. Bandingkan dengan para Khalifah (Abu Bakar, Umar, Ustman, Ali) yang sebelumnya adalah orang-orang kaya, namun setelah menjadi Khalifah negeri yang sangat besar, mereka malah hidup sangat sederhana dan benar-benar memperhatikan kehidupan rakyatnya. Para Khalifah tersebut meskipun sudah dijamin masuk surga namun dalam kehidupan sehari-hari mereka seringkali menangis ketika sholat dan berdoa, karena sangat takut pada Allah Azza Wajalla dan takut masuk neraka. Mereka sangat mencintai Rasulullah saw dalam pikiran, lisan dan amalan.
Anak-anak muda tersebut jika nantinya terbukti sebagai koruptor, maka hal tsb merupakan sebuah indikator bahwa sejak kecil mereka sudah diberikan makan, minum dan pakaian yang kehalalannya diragukan, sehingga ketika menjadi pemuda mereka tertutup mata hatinya, sehingga tidak mampu membedakan mana yang halal dan mana yang haram meskipun mereka menuntut ilmu agama sampai kenegeri Arab.
Katakan Tidak Pada Korupsi, tetapi Curi Saja  Sebesar-besarnya!. Jargon anti korupsi dari sebuah partai besar yang diplesetkan, diucapkan oleh anak muda yang cemerlang di usianya, namun akhirnya tidak mampu juga menahan hawa nafsunya dan menjadi maling.
Anak-anak muda tsb berasal dari lingkungan keluarga muslim yang “terpandang” (kecuali Angie), pastilah sudah mendengar cerita dari orang tuanya, bahwa banyak ulama besar yang dipenjarakan oleh para penguasa negerinya karena mempertahankan keimanan dan kesucian hati mereka, sehingga mereka memilih dipenjara dan disiksa dengan kejam daripada hidup bergelimang kemewahan namun jauh dari Allah swt, karena menyelewengkan ajaran Rasulullah saw.
Sementara mereka terpaksa akan dipenjara karena perilaku maksiat mereka
Buat apa berbangga-bangga dengan kendaraan mewah, kalau akhirnya kendaraannya yang abadi hanya sebuah keranda butut, buat apa berbangga-bangga dengan rumah megah dan luas, kalau rumah abadinya nanti hanya berukuran 1x2 meter, buat apa berbangga-bangga dengan baju mahalnya, kalau baju terakhirnya nanti hanya sebuah kain kafan yang murah, buat apa berbangga-bangga dengan bentuk tubuh dan wajah rupawannya, kalau pada akhirnya akan membusuk, dimana seluruh makhluk hidup akan jijik melihatnya.