Selasa, 17 Desember 2013

PENDIDIKAN SESAT

Seorang mahasiswa swasta di Jawa Timur meninggal karena dugaan penganiayaan pada saat Ospek dilaksanakan kampus. Hal ini tentu sangat mengherankan masih terjadi di masa pendidikan modern masa kini. Ospek yang dipenuhi kegiatan penyiksaan fisik adalah produk kolonialisme, dimana orang-orang senang menjajah orang lain. Orang merasa bangga ketika menjadi "penguasa" dan mampu mendzolimi orang lain. Masya Allah. Kampus adalah wilayah generasi muda menimba ilmu dan bukan tempat senior bebas melakukan penganiayaan pada yuniornya yang tidak berdaya. Penulis sebagai akdemisi merasa miris dengan karakter para mahasiswa di kampus yang telah melakukan Ospek sesat tsb. Yang membuat lebih memprihatinkan adalah kualitas manajemen kampus yang telah melakukan pembiaran kegiatan sesat tsb berjalan di depan hidungnya. Kampus kami di daerah Jakarta melakukan Ospek selama 3 (tiga) hari dengan perencanaan yang sangat matang. Ospek selama 3 hari tsb hanya berisi pengenalan lokasi dan tata letak ruangan-ruangan yang ada dalam gedung, perkenalan dengan dosen pengajar, perkenalan dengan para pengurusan UKM, perkenalan dengan Senat, Bakti sosial penghijauan, seminar Ho to be smart student, tip-tips untuk meraih IP >3.00. Juga dilakukan tatap muka dengan para alumni yang telah berhasil dalam karir, juga dengan para mahasiswa senior yang mampu lulus dengan Pujian (IP 4.00 dari skala 4.00). Rektorat dan jajaran pimpinan akademi juga aktif melakukan pengawasan melekat saat pelaksanaan ospek. Dalam setiap kegiatan ditunjuk beberapa dosen sebagai pengawas dan penanggung jawab kegiatan. Dengan demikian tidak ada ruang bagi para senior untuk "ngerjain" yuniornya. Kepada para panitia pelaksana juga Rektor serius memberikan arahan bahwa jika terbukti ada Panitia Pelaksana yang bertindak diluar SOP Ospek yang telah ditetapkan maka manajemen akan menjatuhkan sanksi dengan tegas tanpa pandang bulu. Kejadian Ospek sesat di Jawa Timur terjadi, dapat dipastikan karena rendahnya kualitas intelektual para mahasiswa di kampus tsb. Rendahnya tingkat intelektual para pelaku mendorong mereka melakukan ospek sesat untuk menunjukan jati diri mereka. Mereka sadar tidak akan mampu berprestasi secara akademis, maka satu-satunya cara menunjukkan eksistensi dirinya sebagai mahasiswa adalah dengan melakukan "penganiayaan" pada para yuniornya yang tidak berdaya. Kondisi tsb diperparah dengan kualitas pimpinan dan manajemen kampus tsb. Dengan terjadinya peristiwa tsb menunjukkan bahwa pimpinan kampus tsb sangat tidak pantas untuk memimpin lembaga pendidikan tinggi. Dari sudut spiritual mahasiswa pelaku ospek sesat dan para pimpinan kampus, bukanlah orang-orang sholeh dan sholehah bahkan mungkin mereka terlalu sering makan makanan yang tidak halal, sehingga mata hatinya ditutup oleh Allah Subhana wa Ta'ala. Kalau mereka anak-anak baik dan orang tua yang baik maka Insya Allah mereka akan dijauhkan dari perbuatan keji semacam Ospek Sesat tsb. Kementerian pendidikan wajib mengambil sikap tegas terhadap pendidikan sesat semacam ini. Dulu senantiasa terjadi di Bandung kini di Jawa Timur.