Rabu, 05 Agustus 2015

INDAH DAN DASHYATNYA GERAKAN SHOLAT BERJAMAAH JIKA SESUAI AJARAN RASULULLAH

Kenapa Gerakan Sholat Tidak Sama?
Beberapa waktu belakangan saya meneliti beberapa buku diantaranya yang ditulis oleh Syaikh Muhammad Bin Shalih Al-Utsaimin, Ibnu Qayim, Ibnu Katsir dlsb tentang tata cara sholat yang sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam: "Sholu kama ra aytumunii usholii" yang artinya "Laksanakanlah sholat sebagaimana kalian melihatku sholat" (HR Al Bukhari), tidak pernah saya temukan dalam sholat berjemaah di beberapa masjid dan pondok pesantren. Yang saya maksud tidak saya temukan bukannya tidak ada satupun jemaah yang melaksanakan gerakan sholat seperti yang diajarkan oleh Rasulullah shalallahu alaihi wassalam. Yang saya pertanyakan adalah kenapa gerakan sholat para jemaah tidak sama atau tidak seragam, padahal dalam beberapa buku tersebut gerakan sholat sudah diajarkan oleh Rasulullah shalallahu alaihi wassalam dengan sangat jelas. Sehingga pemahaman saya jika kaum muslimin benar-benar mau mencontoh gerakan sholat seperti yang diajarkan Rasulullah pastilah gerakannya akan sama.
Bahkan sebagian besar imam sholat juga gerakan sholatnya tidak sama dengan ajaran nabi. Saya tidak ingin membahas apakah gerakan mereka yang tidak sama dengan ajaran Rasulullah tersebut sah atau tidak, berakibat dosa atau tidak, karena kapasitas keilmuan saya yang sangat terbatas.
Saya hanya membayangkan betapa indahnya jika dalam satu sholat berjamaah gerakan sholat seluruh jamaah sama,  mulai dari mengangkat tangan ketika takbiratul ikhram, ketika mau ru'ku, dan ketika mau berdiri seragam dan serempak apalagi jika dilaksanakan dengan tuma'ninah, maka betapa dashyat dan indahnya gerakan sholat berjamaah yang diikuti ribuan orang, misalnya ketika sholat iedul fitri, iedul adha. Suatu bentuk syi'ar agama yang dashyat dan akan sangat megagumkan bagi kalangan non muslim maupun bagi muslim itu sendiri. 
Kenapa kita tidak berniat untuk melakukan gerakan sholat sesuai ajaran Nabi kita, misalnya dari yang paling sederhana yaitu tata cara mengangkat tangan. Terkadang tidak nyaman kalau melihat seorang ustad atau imam yang mengangkat tangan hanya sebatas perut, kesannya kok nggak niat amat ya.. sehingga begitu malasnya untuk mengangkat tangan sebatas bahu atau telinga. Terkadang terlihat juga ada jemaah atau bahkan imam yang mengangkat tangan lebih tinggi dari telinga bahkan lebih tinggi dari kepala, mungkin saking semangatnya. Sekali lagi kita tidak membahas sah dan tidaknya sholat yang bersangkutan.
Saking terbiasanya melakukan gerakan sholat yang "aneh-aneh" tersebut, banyak jemaah yang tidak patuh atas perintah imam sholat untuk merapatkan dan merapikan shaftnya. Demikian pula banyak masjid yang tidak menghadap kiblat para jemaah dan DKM yang berangkutan acuh tak acuh saja, meskipun sudah ada yang memberitahukannya. 
Sholat berjamaah jika dilakukan dengan gerakan yang sama dan serempak, dalam bentuk shaft yang rapi dan rapat serta dilakukan di dalam masjid yang menghadap kilat (295 derajat), pastilah sangat luar biasa indah dan dashyatnya. Insya Allah kita niatkan bersama.