Preman ditembak: TNI disudutkan. Rakyat sipil (terduga teroris) ditembak, Densus
88 malah dipuji
Ketika hari ini membaca komentar
Mayor Jenderal Samsu Djalal, kemudian Laksamana Pertama Mulyo Wibisono dan
Ketua PP Muhammadiyah Dr.Din Samsudin di ROL dan media lainnya, memang menimbulkan
kesan terjadi ketidak-adilan yang luar biasa. Padahal jika dilihat dari sisi
keadilan, para preman yang ditembak mati tersebut sudah terbukti di lapangan
menganiaya dan membunuh anggota TNI secara sadis, kejam dan biadab. Jika
dihubungkan dengan Pancasila maka pembunuhan anggota TNI tersebut sangat tidak
berperikemanusiaan (sila ke 2).
Sebagai anggota masyarakat biasa,
mengamati perkembangan kasus ini (LP Cebongan) memang mengherankan, seperti
biasa Presiden bersikap reaktif, demikian pula Komnas HAM dan LSM lainnya.
Opini-opini yang dibangun langsung menyudutkan TNI cq Kopassus, seolah-olah
pasti mereka. Namun ketika rakyat kecil yang menjadi terduga teroris ditembaki
Densus 88, mereka semua tidak ada reaksi, kalaupun ada hanya sekedar bereaksi
dengan memberi pernyataan ke media.
Kopassus adalah pasukan yang
sangat terlatih, mereka dididik dan dibentuk untuk mengamankan bangsa dan negara,
kemudian salah satu anggotanya dibunuh secara sadis dan biadab oleh para preman.
Jumlah mereka sangat sedikit jika dibandingkan dengan jumlah penduduk dan
luasnya wilayah negara. Tentu saja jika ada satu saja anggota mereka meninggal
terlebih dibunuh oleh para preman, rakyat dan negeri ini yang rugi.
Pertanyaannya apa ruginya 4
preman atau bahkan 1.000 preman dibunuh? Masyarakat justru akan sangat
berterima kasih jika semakin banyak preman di “sukabumikan”. Ketika di awal
tahun 1980-an, banyak preman-preman dibunuh oleh Penembak Misterius yang kala
itu dikenal dengan “Petrus”, masyarakat justru sangat berterima kasih, karena
menikmati kehidupan dengan aman sentosa.
Tidak usahlah berkomentar tentang
HAM jika berurusan dengan para preman, karena toh selama ini mereka secara
terus menerus melanggar HAM dan aman-aman saja. Toh sudah bukan rahasia lagi
bahwa para preman-preman tersebut ada yang “memelihara”
Bukankah banyak anggota DPR yang
koruptor, itu juga pelanggar HAM dan menyerang keamanan negeri dan bangsa ini, bukankah
para Jenderal yang memiliki rekening gendut juga melanggar HAM? Kasus penganiayaan
Tama ICW pun didiamkan oleh Presiden, meskipun kala itu beliau juga menjenguk
ke rumah sakit (?). Koruptor lebih merugikan rakyat dan merusak bangsa ini dibandingkan
para terduga teroris tsb. Oleh sebab itu negara-negara besar seperti Amerika
dan sekutunya senang ketika Rezim pemerintahan ini berhasil mengembangkan
budaya Korupsi. Amerika dan sekutunya tentu akan sangat bahagia jika rakyat
Indonesia menderita karena elit negeri ini menjadi koruptor semua.
Oleh sebab itu jika menyimak
komentar Dr Din Samsudin, masyarakat akan mengapresiasi Densus 88 jika berani
menembak mati Koruptor dan tidak hanya rakyat sipil yang diduga teroris. Saya
yakin masyarakat tidak akan menghujat Densus
88 jika mereka menembak para Koruptor di depan anak dan isterinya di siang
bolong. Bahkan reputasi Densus 88 akan disejajarkan dengan Pasukan Khusus
lainnya yang ada di TNI (Kopassus, Paskhas dan Marinir) yang saat ini sangat
harum dimata rakyat. Apa bangganya memiliki Jenderal seperti Djoko Susilo?
Bukahkah penyidik Kompol Novel Baswedan dkk harum namanya ketika berani
mengusut korupsi di tubuh Polri yang menrupakan institusinya sendiri. Berani
menyidik para Perwira Tinggi dan Menengah Polri yang merupakan atasan dan
koleganya.
Saya termasuk tidak sepakat jika
Densus 88 dibubarkan, karena menurut saya Densus 88 dapat diberdayakan untuk
memerangi para koruptor dengan cara dan sistem yang sama ketika mereka
memerangi terorisme. Indonesia emas
akan terbangun jika Densus 88 memiliki nyali yang sama dengan Kompol Novel
Baswedan dalam memerangi korupsi di institusinya. Semoga Allah swt memberikan
hidayah pada anggotanya yang muslim.
Perang melawan koruptor itu jauh
lebih penting daripada mengurusi preman yang ditembak, preman mati rakyat senang,
koruptor hidup rakyat kelaparan dan penuh penderitaan. Jadi adilnya koroptor
dan preman ditembak mati saja sama-sama, setelah itu rakyat akan bertepuk
tangan.