Rabu, 23 Juli 2014

JOKOWI Presiden Republik Indonesia yang ke 7.

Kemarin, Selasa 22 Juli 2014, sejarah Republik Indonesia telah diperbarui. Komisi Pemilihan Umum, sebuah lembaga yang bertugas menyelenggarakan Pemilihan Presiden Republik Indonesia telah berhasil melaksanakan tugasnya dengan sangat baik. KPU telah menetapkan bahwa Presiden Republik Indonesia ke 7 adalah Ir. H Joko Widodo mantan Gubernur DKI Jakarta dan mantan walikota Solo. Rakyat Indonesia telah memberikan suaranya pada Jokowi, artinya amanat telah diserahkan pada beliau untuk memimpin negeri ini dengan suatu harapan menciptakan masyarakat yang adil dan makmur.
Rakyat Indonesia yang menurut para politisi belum "cerdas" telah membuktikan dirinya bahwa mereka sudah sangat cerdas dalam memilih pemimpin. Mereka tidak peduli dengan kampanye hitam, kampanye negatif, bahkan mereka tidak mempan dengan sajian-sajian fitnah dari lawan politik Jokowi. Kuncinya adalah pada sikap rendah hati Jokowi, tidak menjaga jarak dengan rakyat yang dipimpinya baik ketika menjabat sebagai walikota Solo maupun sebagai Gubernur DKI Jakarta. Karya nyata, sikap dan tutur kata serta gaya hidup yang sederhana justru menyerupai gaya kepemimpinan para sahabat Rasulullah saw. 
Abu Bakar, Umar bin Khatab sangat dekat dengan rakyatnya. Sebagai pemimpin umat islam mereka tetap hidup sederhana karena kecintaan mereka terhadap Allah subhana wa Ta'ala dan rasulullah saw. Mereka berusaha menjalankan amanah jabatan dengan sebaik-baiknya, karena para sahabat meyakini bahwa kualitas kepemimpinan mereka akan dimintai pertanggung-jawaban di akhirat nanti.
Kekuatan politik Jokowi yang lain adalah citranya yang bersih dari korupsi, sementara lawan politiknya terdiri dari partai-partai yang pernah dipimpin atau sedang dipimpin oleh tokoh-tokoh yang memiliki citra kurang baik dimata masyarakat baik karena melakukan korupsi maupun yang lainnya. Misalnya kasus yang memperkuat pilihan rakyat pada Jokowi adalah kasus korupsi: sapi, alquran, haji, kehutanan, lapindo dlsb.
Rakyat sudah "muak" melihat partai politik yang menjual jargon islam, namun dalam kenyataannya tokoh-tokohnya justru melakukan tindakan-tindakan yang bertentangan dengan ajaran islam, seperti  korupsi, berbohong dan hidup bermewah-mewah. Dalam kodisi kehidupan yang sudah transparan seperti saat ini, rakyat sudah sulit untuk dibohongi, itulah sebabnya kampanye hitam dan kampanye negatif yang dilakukan lawan politik Jokowi tidak mampu mempengaruhi pilihan rakyat, kalaupun terpengaruh dampaknya sangat kecil.
Strategi tebar fitnah yang memutar balikkan kondisi keluarga Jokowi yang Islami, kemudian malah dituduh sebagai keluarga non muslim, sementara lawan politiknya yang berasal dari keluarga Kristen, justru oleh partai islam tersebut dipuji-puji keislamannya, menjadi bumerang yang menyakitkan.
Harusnya lawan politik Jokowi mau belajar dari kasus Presiden SBY, yang citranya menguat ketika beliau dianggap rakyat didzolimi oleh almarhum TK dan kelompoknya. Rakyat Inodnesia ketika itu terpikat dengan gaya SBY yang santun dan rendah hati. Rakyat Indonesia sudah tidak respek lagi terhadap tokoh-tokoh yang ketika pidato penuh dengan gaya heroik dan gaya bahasa meledak-ledak serta gaya hidup mewah. 
Selamat kepada Bapak Jokowi, Presiden Republik Indonesia yang ke 7, selamat bekerja, semoga amanah rakyat Indonesia dapat bapak emban dengan sebaik-baiknya. Kewajiban seluruh rakyat Indonesia adalah mendoakan dan mendukung beliau agar berhasil dalam menjalankan amanat rakyat. Semoga Allah subhana wa ta'ala senantiasa menuntun bapak dalam menjalankan tugas sebagai Presiden Republik Indonesia yang ke 7. Amin.