Bedanya Kopassus dan
Mendikbud
Kopassus yang membantai preman dalam
kasus Cebongan, dengan jantan dan ksatria mengakui perbuatannya dan siap
mempertanggung jawabkan perbuatannya meskipun dengan resiko dipecat dari TNI
dan dipenjara (Tobatan Nasuha). Demikian pula para komandan diatasnya termasuk
Danjen Kopassus berbintang dua, yang siap menggantikan hukuman penjara bagi anggotanya.
Sejak awal masyarakat memberikan apresiasi tinggi pada mereka, meskipun
beberapa pengamat dan aktivis HAM menghujat mereka.
Mereka sudah membasmi preman,
mengakui dan siap disidang. Namun apakah para penghujat melihat langkah-langkah
pemerintah Orde Reformasi ini khususnya Kepolisian melakukan program “pembasmian”
preman? Sama sekali tidak terlihat. Betapa miris melihat ulah preman. Ketika
membaca Detik beberapa hari lalu, ada karyawati diludahi dan dihajar preman, kemudian diseret
dan diperkosa di tempat kosnya di daerah Cileungsi, pada saat itu banyak orang
menyaksikan, tetapi tidak berani menolong? Kemudian seandainya pada saat itu
ada anggota Kopassus “membasmi” preman Cileungsi tersebut, apakah ybs juga
salah?.
Bukankah cuma anggota Kopassus (Serda Nicholas Sandi) yang seorang diri
berani melawan 5 orang penjahat untuk
membebaskan/menolong seorang karyawati yang akan diperkosa di angkot beberapa
bulan lalu, di daerah Monas? Apakah kalau aparat lain berani?
Kopassus memang hebat! Ganti Topik ah ................
Ujian Nasional (UN) yang menjadi
momok anak-anak sekolah, sudah digugat di pengadilan dan pemerintah kalah,
namun UN tetap dilaksanakan. Seluruh rakyat Indonesia tahu bahwa Ujian Nasional
hanyalah sebuah “proyek”, seperti haji di Kementerian Agama. Sebagian besar ahli
pendidikan sudah memberi masukan bahwa UN tidak diperlukan, namun pemerintah
tetap keras kepala. Meskipun kegiatan UN direstui Presiden RI, namun mereka lupa bahwa dalam kehidupan Allah subhanawata’ala jauh lebih
berkuasa dari Presiden RI
Kekacauan UN sekarang tidak lepas
bahwa Allah swt sudah menunjukkan aib para pejabat di Kemendikbud. Jika UN bermanfaat
buat rakyat Indonesia dan diselenggarakan dengan jujur, dapat dipastikan Allah
swt akan memberikan kemudahan dan kelancaran dalam penyelenggaraannya.
Kekacauan penyelenggaraan UN saat ini dapat dipastikan akan meningkatkan stress
peserta didik dan orangtuanya. Hanya
psikopat yang tetap dapat tersenyum menyaksikan orang lain menderita. Para
pejabat itu merasa sudah hebat jika sudah meminta maaf pada rakyat Indonesia. Sebagai
muslim para pejabat yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan UN harus
melakukan tobatan nasuha, seperti para anggota Kopassus yang membasmi preman di
Cebongan.
Kekacauan penyelenggaraan UN
hanya terjadi di era M Nuh dan Orde Reformasi ini. Sepanjang sejarah pendidikan
sejak Indonesia merdeka tahun 1945, baru sekarang kekacauan terjadi. Orde ini
memang hebat. Ujian Nasional Kacau dan Korupsi
Membudaya.
Alhamdulillah Indonesia sebagai “negeri
autopilot” masih memiliki KPK dan Kopassus yang melindungi rakyat negeri ini. Saya menyesal dan ikut bersalah dalam menentukan pilihan di ajang Pilpres 2009 yang lalu. Meniru M Nuh,..................... saya minta maaf.