Rabu, 17 April 2013

SAYA MINTA MAAF



Bedanya Kopassus dan Mendikbud
Kopassus yang membantai preman dalam kasus Cebongan, dengan jantan dan ksatria mengakui perbuatannya dan siap mempertanggung jawabkan perbuatannya meskipun dengan resiko dipecat dari TNI dan dipenjara (Tobatan Nasuha). Demikian pula para komandan diatasnya termasuk Danjen Kopassus berbintang dua, yang siap menggantikan hukuman penjara bagi anggotanya. Sejak awal masyarakat memberikan apresiasi tinggi pada mereka, meskipun beberapa pengamat dan aktivis HAM menghujat mereka.
Mereka sudah membasmi preman, mengakui dan siap disidang. Namun apakah para penghujat melihat langkah-langkah pemerintah Orde Reformasi ini khususnya Kepolisian melakukan program “pembasmian” preman? Sama sekali tidak terlihat. Betapa miris melihat ulah preman. Ketika membaca Detik beberapa hari lalu, ada karyawati diludahi dan dihajar preman, kemudian diseret dan diperkosa di tempat kosnya di daerah Cileungsi, pada saat itu banyak orang menyaksikan, tetapi tidak berani menolong? Kemudian seandainya pada saat itu ada anggota Kopassus “membasmi” preman Cileungsi tersebut, apakah ybs juga salah?.
Bukankah cuma anggota Kopassus (Serda Nicholas Sandi) yang seorang diri berani melawan 5 orang penjahat  untuk membebaskan/menolong seorang karyawati yang akan diperkosa di angkot beberapa bulan lalu, di daerah Monas? Apakah kalau aparat lain berani?
Kopassus memang hebat!                  Ganti Topik ah ................

Ujian Nasional (UN) yang menjadi momok anak-anak sekolah, sudah digugat di pengadilan dan pemerintah kalah, namun UN tetap dilaksanakan. Seluruh rakyat Indonesia tahu bahwa Ujian Nasional hanyalah sebuah “proyek”, seperti haji di Kementerian Agama. Sebagian besar ahli pendidikan sudah memberi masukan bahwa UN tidak diperlukan, namun pemerintah tetap keras kepala. Meskipun kegiatan UN direstui Presiden RI, namun mereka lupa bahwa dalam kehidupan Allah subhanawata’ala jauh lebih berkuasa dari Presiden RI
Kekacauan UN sekarang tidak lepas bahwa Allah swt sudah menunjukkan aib para pejabat di Kemendikbud. Jika UN bermanfaat buat rakyat Indonesia dan diselenggarakan dengan jujur, dapat dipastikan Allah swt akan memberikan kemudahan dan kelancaran dalam penyelenggaraannya. Kekacauan penyelenggaraan UN saat ini dapat dipastikan akan meningkatkan stress peserta didik dan orangtuanya. Hanya psikopat yang tetap dapat tersenyum menyaksikan orang lain menderita. Para pejabat itu merasa sudah hebat jika sudah meminta maaf pada rakyat Indonesia. Sebagai muslim para pejabat yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan UN harus melakukan tobatan nasuha, seperti para anggota Kopassus yang membasmi preman di Cebongan.
Kekacauan penyelenggaraan UN hanya terjadi di era M Nuh dan Orde Reformasi ini. Sepanjang sejarah pendidikan sejak Indonesia merdeka tahun 1945, baru sekarang kekacauan terjadi. Orde ini memang hebat. Ujian Nasional Kacau dan Korupsi Membudaya.
Alhamdulillah Indonesia sebagai “negeri autopilot” masih memiliki KPK dan Kopassus yang melindungi rakyat negeri ini. Saya menyesal dan ikut bersalah dalam menentukan pilihan di ajang  Pilpres 2009 yang lalu. Meniru M Nuh,.....................  saya minta maaf.