Senin, 14 Juli 2014

Ramadhan, adakah pengaruhnya bagi para ustad "sesat"

Ini hari ke 17 saya dan segenap kaum muslimin menunaikan ibadah puasa wajib. Bulan Ramadhan adalah bulan yang sangat membahagiakan. Alhamdulillah kami sekeluarga menjalankan puasa dengan penuh keikhlasan dalam upaya menggapai ridho Allah Subhana wa Ta'ala. Ashya anak saya yang ke 3 berumur 7,5 tahun juga menjalankan puasa meskipun sedang batuk-batuk. Semangat untuk menuntaskan puasa sangat tinggi, meskipun sempat 2x tidak makan sahur dan hanya minum air putih beberapa teguk saja karena sekeluarga bangun kesiangan, alhamdulillah Ashya bertahan sampai maghrib. Dari sejak TK B dia senantiasa berpuasa, meskipun masih beberapa kali batal. Dia juga setia menemani saya sholat subuh ke Masjid, sementara kakak dan bundanya sholat di rumah, mengingat untuk wanita lebih utama sholat di rumah dibandingkan dengan sholat di masjid. Sementara anak saya yang ke 2 sedang belajar di sebuah Pondok Pesantren di Sukabumi
Bulan puasa menjadi kesempatan yang baik bagi seluruh keluarga muslim khususnya yang tinggal di kota besar di Jakarta untuk mempererat hubungan kekeluargaan, sahur bersama dan buka bersama. Bulan ramadhan juga menjadi kesempatan bagi kita semua untuk melakukan introspeksi diri, memperbaiki perilaku yang kurang terpuji serta memperbanyak amal ibadah.
Bulan ramadhan semoga juga dapat menjadi stimulus bagi seluruh kaum muslimin untuk memberikan infaq, sedekah dan zakat sesuai dengan ketentuan ajaran agama. Dengan mudah kita bisa melihat banyak saudara-saudara muslim kita yang masih hidup dibawah garis kemiskinan. Islam mengajarkan bahwa sesama muslim adalah saudara. Namun pada dekade sekarang ajaran Islam yang mulia tersebut, dianggap hanya sebagai "slogan" saja. Terlebih banyak contoh-contoh negatif yang dilakukan para ustad yang terjun ke dunia politik dan menjadi elit pemerintahan. Mereka bukan saja tidak menganggap sesama Muslim sebagai saudara, bahlan hak-hak muslim lainnya dirampok. Lihat para ustad yang terlibat dalam kasus-kasus: Korupsi sapi, Korupsi Alquran, Dana Haji, Hutan, Mafia Minyak, Kopi dlsb. Dana milyaran yang mereka korupsi semua berkaitan dengan hajat hidup rakyat jelata dimana sebagian besar rakyat kita adalah muslim. Kasus-kasus di atas adalah kasus yang sudah mencuat ke permukaan.dan sementara masih banyak kasus yang belum terdeteksi.
Para ustad dan "gengnya" yang telah menjadi pelaku korupsi, telah menghancurkan sendi-sendi ajaran agama yang mulia, hanya untuk kepentingan diri mereka sendiri dan golongannya. Mereka tdiak mampu melepaskan gaya hidup hedonisme yang memang bergelimang kenikmatan duniawi. Dengan milyaran uang yang mereka korup, mereka mampu melampiaskan nafsu sexualnya tanpa batas, memiliki rumah dan mobil-mobil mewah. Mereka tidak peduli terhadap kehidupan sesamanya yang masih hidup di bawah garis kemiskinan. 
Ilmu agama yang mereka miliki amat hebat sehingga mampu membuat para pengikutnya "tersihir" sehingga sebejat apapun perbuatan mereka tetap saja dianggap "baik". Andai saja ilmu yang mereka miliki dipergunakan untuk amalan-amalan yang baik, saya yakin rakyat akan hidup aman dan sejahtera.  Tetapi mungkinkah para ustad yang berprofesi sebagai politisi tersebut masih memiliki nurani? Sulit untuk menjawabnya, mengingat dalam masa kampanye kemarin mereka justru melakukan fitnah terhadap kandidat Capres yang seluruh keluarganya muslim justru difitnah sebagai keluarga kristen, sementara Capres yang dalam keluarganya hanya satu-satunya Muslim, justru dipuji-puji ke Islamannya, padahal belum tentu dia mampu membaca kita suci Alquran.

Sebetulnya akan sangat menguntungkan negeri ini jika para ustad tersebut kembali ke fitrahnya sebagai juru dakwah, meskipun resikonya mereka akan hidup dengan penuh kesederhanaan dan jauh dari kenikmatan duniawi.
Semoga bulan Ramadhan ini dapat mendatangkan hidayah bagi para ustad sesat tersebut untuk kembali ke jalan yang lurus dan bukan jalan yang dimurkai serta bukan pula jalan yang sesat.