Selasa, 03 Maret 2015

KPK: "Kami Rela Mati Dengan Mulia"

Hari ini pegawai KPK menyampaikan jeritan hatinya, kebanggaan sebagai pegawai KPK, lembaga yang memerangi korupsi dengan penuh kegigihan dan semangat membara telah sirna sejak Jokowi menjadi presiden republik ini. Pimpinan KPK Pak Bambang (BW) dan Pak A Samad (AS), telah dikorbankan oleh pimpinan KPK yg baru ditunjuk Jokowi. Para staf KPK didepan Ruki dan I Seno Aji dengan suara lantang telah menentang penyerahan kasus korupsi BG ke Jaksa dan Polisi. Mereka mengatakan "Siap mati dengan mulia, dan malu hidup di bawah kaki koruptor".
Merinding mendengar ucapan tersebut, ternyata benar KPK istiqomah menjalankan amanah memberantas korupsi karena karyawannya menyadari bahwa mereka bekerja dilandasi dengan semangat ibadah. Mereka sadar betul jika mereka mengingkari amanah maka mereka akan dimintai pertanggung jawaban di akhirat kelak. Itulah sebabnya mereka menentang maut tanpa rasa takut dalam melaksanakan tugas memerangi korupsi. Semoga Allah subhana wa taala melindungi dan memudahkan jalan hidup seluruh staf KPK dan keluarganya.
Kalau saja presiden yang kupilih Jokowi memiliki sedikit saja rasa takut sama Allah subhana wa ta'ala pastilah tidak akan mengingkari janji yang dibuat ketika masa kampanye dan tertulis dalam program Nawa Cita. Seluruh rakyat negeri ini pastilah tidak menyangka bahwa presiden yang mereka elu-elukan di masa kampanye akan mengkhianati janji kampanyenya. Jokowi telah meletakan program pemberantasan korupsi dan menciptakan pemerintahan yang bersih dalam janji kampanye, namun kenyataannya sejak hari pertama memerintah sampai hari ini, keputusan-keputusannya justru sangat bertentangan dengan janji yang diberikan.
Surat terbuka @ulinyusron sungguh menggugah dan menyentuh nurani, sehingga tak terasa air mata yang sudah lama tidak menetes tak terbendung lagi. Aktivis anti korupsi ini sungguh sedang gundah gulana menyaksikan perilaku para pemimpin negeri ini.
Di era Pak AS dan pak BW, KPK telah memenjarakan Ketua MK, para Menteri, Jenderal Polisi, Presiden Partai, Gubernur, Bupati anggota DPR dan para mafia Pilkada. Namun Jokowi bukan memberikan penghargaan atas jasa beliau-beliau tersebut, justru rezim ini telah menjadikan mereka sebagai tersangka, sebagai barter telah mentersangkakan seorang jenderal polisi. Gusti Allah ora sare, kata para pinisepuhku dulu. Allah Subhana wa Ta'ala pastilah tahu kelakuan rezim Jokowi ini, dan Allah tidak akan pernah takut meskipun Jokowi Presiden dan dibekengi oleh Polisi dengan senjata lengkapnya. Kalau Allah subhana wa ta'ala sudah berkehendak dalam sekejap Jokowi dan pasukan polisinya akan digulung habis. Jika saja Jokowi memiliki kemauan baik dalam pemberantasan korupsi, pastilah tidak akan memasukkan Ruki dan I Seno Aji sebagai Plt. Ruki sewaktu memimpin KPK jilid 1 pun tidak memiliki prestasi yang dapat dibanggakan. Bandingkanlah prestasi Ruki dengan Pak AS dan Pak BW, jauh berbeda. Apalagi sekarang Ruki sudah tua sementara I Seno Aji menderita kanker.
Sebagai praktisi SDM saya paham betul kondisi hati para pegawai KPK, resah, gelisah, marah, malu campur aduk menjadi sebuah ketidak berdayaan. Situasi seperti ini akan membuat mereka rentan terhadap stress. Pada era SBY sebagai presiden, KPK mendapat dukungan kuat dari Pak SBY sebagai bentuk komitmen pak SBY dalam memerangi korupsi, Cicak Vs Buaya jilid 1 dan 2 tidak berdaya melumpuhkan KPK. Kalaupun tidak mampu menemukan ide dalam menangani Cicak Vs Buaya jilid 3, seharusnya Jokowi tinggal menyontek cara penyelesaian Pak SBY, nggak usah malu. 
Sebagai rakyat Indonesia yang membenci perilaku korupsi, percaya bahwa suatu saat kelak Allah Subhana wa Ta'ala akan memberi pahala yang melimpah pada Pak AS dan Pak BW, dan akan memberi ganjaran yang setimpal pula bagi pemimpin yang telah mendzolimi beliau berdua. Amin