Jumat, 04 Maret 2016

Pengalaman Terkena Serangan STROOKE

Alhamdulillah Jumat 20 November 2015 saya terkena serangan strooke. Pada tgl 19 dan 20 November saya bertugas memberikan Pelatihan untuk Manajer Muda (JERDA) Angkatan XIII PT Angkasa Pura 1 dengan materi High Performing Leadership. Hari Kamis 19 November saya mulai pelatihan di Kampus Kwik Kian Gie School of Business pada pukul 08.00 wib. Pelatihan diikuti 25 Manajer Muda PT Angkasa Pura 1 dari 13 bandara seluruh Indonesia. Pelatihan dengan durasi 8 jam perhari pada hari pertama dapat saya lalui dengan sangat baik.
Pada hari ke 2 (Jumat 20 November 2015) pelatihan seperti semula saya mulai pada pukul 08.00 wib. kemudian diseling istirahat untuk Sholat Jumat dan makan siang, Saya makan siang hanya ambil pecel tanpa nasi, karena kalau menjadi Trainer kalau makan siang dengan nasi saya justru merasa lemah kalau harus berdiri selama  +/- 8 jam. Selama makan siang saya bersama Pak Hanes Riady (Warek 1) dan Pak Hasan (Trainer). setelah selesai makan jam 13,30 saya bermaksud masuk kelas, ternyata ketika berdiri saya terhuyung-huyung sehingga saya minta Pak Hasan untuk masuk kelas karenq kelas sedang presentasi Strategi Operasional. Namun Pak Hasan hanya bersedia mengisi waktu sampai pukul 14.30 wib, sehingga terpaksa saya melanjutkan masuk kelas. Alhamdulillah saya mampu menyelesaikan kelas sampai pukul 17.00 wib. Kemudian saya berpesan pada Nita (asisten) untuk minta bantuan sopir mengantar pulang sambil berbenah dan menunggu sholat magrib. 
Setelah sholat magrib di kampus saya diantar pulang dan sampai rumah +/- pukul 20.00 wib. 
Sampai di rumah setelah parkir mobil saya teriak ke isteri: " Bunda, Daddy terasa mau muntah!" Namun ternyata KM sedang dipakai anak saya mandi, sehingga saya masuk ke kamar anak sulung saya dan saya tidur tengkurap untuk menahan muntah. Kemudian isteri saya ngomong: "Daddy mau teh tubruk?" saya diam saja kemudian saya merasakan muka saya sakit sekali seperti dicakar-cakar dengan kuku panjang. Tiba2 saja saya teriak: " Bunda muka saya sakit, mau strooke kali" Isteri menjawab: "Stroke? sakit gigi kali" kemudian isteri mnghampiri saya dan melihat saya sambil membantu saya terlentang, kemudian berkata: "Ooh iya strooke mulut daddy sudah miring. Kemudian saya langsung berkata: " Ke Rumah Sakit langsung saja!' Nggak usah panggil dokter ke rumah, karena saat itu isteri sedang berusaha telpon dokter untuk datang ke rumah. Kemudian kami berangkat ke RS ditemani anak paling kecil, sementara anak ke 2 tunggu rumah. Ternyata saya sudah lemah sehingga isteri dan anak tidak kuat membimbing saya ke mobil, sehingga minta bantuan pada bapak pemilik warung untuk membantu. Dalam perjalanan ke RS yang hanya berjarak 3 km saya muntah-muntah sampai 5x tetapi kesadaran masih sangat baik. Setiba di RS masuk ke UGD dan segera mendapat bantuan meskipun pelayanannya tidak begitu memuaskan dan memang RS ini pelayanannya dikenal tidak memuaskan. Setelah saya mendapat pertolongan dengan ujung jari tangan kiri "dilukai" dan diinfus, ketika isteri saya kembali ke UGD setelah parkir mobil, ternyata mulut saya sudah lurus kembali, tetapi saya menjadi "peloh" kalau ngomong. saat itu saya merasa tubuh sebelah kiri layu/lumpuh. Kemudian saya di CT Scan dan hasilnya ternyata saluran darah di otak sudah mampet di dua tempat, artinya saat ini sudah terserang strooke 2x sementara serangan pertama tidak saya rasakan dan tidak berakibat ke fisik. Pukul 02,00 dini hari saya baru masuk kamar sementara keluarga sudah mulai berdatangan ke RS. Kondisi saya lumpuh sebelah kiri, Dihari ke 2 saya mulai bisa bicara dan alhamdulillah meskipun terasa berat saya mampu bicara jelas, itu kata isteri dan keluarga serta teman-teman yang menjenguk. Ketika dokter kontrol saya diberikan terapi wicara dan olahraga mulut agar kembali normal.

" PEMBANGKANGAN TERHADAP INSTRUKSI DOKTER"
Ketika dokter spesialis syaraf melakukan kontrol, beliau menanyakan apakah kalau minum tersedak? maka saya jawab " YA". Setelah beberapa hari saya masih tersedak jika minum, maka dokter tsb minta ijin untuk membuat lubang di leher guna menyalurkan makanan dan minum. Isteri saya menjelaskan: "Kalau minum memang tersedak tetapi kalau makan lancar kok tidak masalah, jadi kenapa harus melubangi leher?" Isteri saya tetap tidak memberikan ijin. Hal tersebut berlangsung beberapa hari. Kemudian saya berpikir: saya tersedak karena minum sambil tiduran, maka mungkin kalau saya minum sambil duduk tidak akan tersedak. Kemudian saya coba didudukkan kalau minum dengan cara menghirup langsung dari gelas (tidak minum dengan pakai sendok). Hasilnya kadang tersedak dan kadang tidak. Maka ketika dokter kontrol dan tanya hal yang sama, maka saya jawab tidak kesedak. Hari ke 8 saya diperbolehkan pulang dan rawat jalan saja.
Akhirnya saya selamat dari upaya dokter untuk membuat saluran makanan di leher dan leher saya utuh sampai sekarang. Syukur Alhamdulillah. 
Setelah di rumah saya menjalani Fisioterapi dari pihak RS 2x seminggu dan 3x dibantu seorang tabib dari Bogor. Alhamdulillah setelah +/- 1,5 lumpuh sudah mulai bisa berjalan meskipun tertatih-tatih. Ketika merencanakan akan mulai kembali orientasi kerja di bulan ketiga (1 Maret 2016) kadar Allah di hari Jumat malam 26 Februari 2016 saya jatuh terpelintir di kamar tidur, sehingga kondisi menjadi lemah kembali. Setelah besoknya diperiksa Ahli Fisioterapi maka saya dinyatakan cedera otot saja. Tetapi  kalau untuk berdiri saya sulit karena lutut terasa nyeri. Tgl 3 Maret 2016 saya kembali kontrol ke dokter dan disarankan untuk istirahat selama 30 hari lagi.Nasehat dokter standar saja seperti hati-hati dan lebih "sabar" sambil tetap harus minum obat dan jangan lupa olahraga gerak badan 30 menit perhari. 
Buat teman-teman lain jagalah kesehatan dengan baik, pilih makanan yang sehat dan olahraga rutin seperti jalan kaki. Namun demikian buat saya terkena strooke memberi pengalaman spiritual yang luar biasa, bahwa di hari "akhir" nanti manusia memang tidak akan mampu berlutut jika tidak mendapat ijin dari Allah subhana wa ta'ala. Baru diberikan penyakit strooke saja manusia menjadi tidak berdaya. Untuk itu marilah kita tingkatkan kualitas ibadah kita masing-masing. Di pengadilan akhir nanti yang menjawab pertanyaan adalah kulit-kulit kita sementara tangan dan kaki akan menjadi saksi kebenaran terhadap apa yang kita lakukan.Mulut kita akan menjadi bungkam lebih dari sekedar kena strooke. Saya sangat berterima kasih terutama pada isteri yang sabar merawat, pada keluarga dan saudara yang telah memberikan dukungan dan teman-teman yang telah memberi perhatian. Semoga penyakit saya menjadi penghapus dosa-dosa saya. Amin. ***