Kamis, 04 Februari 2010

RAKYAT KELAPARAN, KERBAU dan BUAYA HIDUP DALAM KEMEWAHAN

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Potongan sair lagu Iwan "NEGERI BEDEBAH"tersebut enak dikutip, ditambah dengan pernyataan Buya AS Maarif tentang "NEGERI GARONG" maka lengkaplah gelar hebat untuk negeri yang "gemah ripah loh jinawi". Yang membuat pernyataan tersebut adalah seniman yang aktif melakukan kontrol sosial dan sang buya adalah mantan Ketua Umum Ormas Islam besar yang terkenal santun dan hidup "bersih"
Kalau sang buya sudah melontarkan pernyataan dengan gaya bahasa "sarkasme" tentulah karena dada beliau sudah sesak. Kesesakkan dadanya sangat mudah dipahami, bagaimana tidak, setelah lebih dari 10 tahun negeri bedebah direformasi kehidupan rakyat bukan menjadi lebih baik, namun semakin banyak rakyat yang diberitakan kelaparan, bahkan ada yang mati kelaparan.Rakyat kelaparan di suatu negeri hanya mungkin terjadi jika pemimpin "tidak amanah dan munafik". Lihatlah negeri bedebah yang subur ini meskipun rakyatnya banyak yang kelaparan dan lebih banyak lagi yang hidup miskin tetapi para pemimpin malah hidup bergelimang kemewahan: membeli pesawat, mobil mewah dan makan makanan yang lebih lezat termasuk melipatgandakan penghasilan mereka. Umar bin Khatab r.a. marah besar ketika tahu gajinya sebagai pemimpin negeri akan dinaikkan supaya bisa membeli baju baru. Perhatikan tubuh mereka yang subur-subur, pipinya tambah gembul sementara rakyatnya banyak yang kurus kering. Hal ini menggambarkan para pemimpin sama sekali tidak memiliki rasa empati pada kesulitan hidup rakyatnya. Dari sudut agama inilah jenis manusia yang telah menetapkan pilihan hidupnya untuk menjadi wali syeitan. Sungguh suatu pilihan yang sangat berani. Sebagai muslim harusnya mereka berkaca pada kepemimpinan Umar bin Abd Azis, bagaimana sebagai pemimpin memberikan contoh yang luar biasa hebat yaitu menyerahkan seluruh harta kekayaannya pada kas negara. Padahal beliau adalah orang yang kaya raya. Pada masa kepemimpinan beliaulah rakyat tidak ada lagi yang berhak menerima zakat dan sedekah karena sudah hidup makmur dan sejahtera. Tuntutan di negeri bedebah dan garong ini tidak perlu meniru Umar B Abd Azis, karena akan mengakibatkan surga penuh, namun cukup dengan tidak korupsi dan menggarong uang negara. Jika ini dilakukan buku yang menulis mengenai binatang Gurita pasti tidak akan laku dijual. Hidup sederhana sebagai gambaran bahwa para pemimpin adalah manusia biasa yang masih punya rasa takut pada Allah swt, dan bukan iblis yang tugasnya membuat manusia celaka. Jika gaya hidup para pemimpin sebuah negeri bedebah masih seperti ini maka pantaslah kalau di negeri ini rakyatnya kelaparan tetapi kerbau dan buaya hidup dalam kemewahan. Jika dulu ada tokoh masyarakat seperti Pak Amin yang menyebut seorang Pemimpin Negeri sebagai "Firaun Jawa", meskipun banyak orang Jawa yang tersinggung, namun banyak juga yang mengamini pernyataan tersebut. Mungkinkah sang "Firaun Jawa" sudah berhasil melakukan regenerasi? Wallahu a'lam bishshwab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Mari kita resapi puisi anak rakyat dibawah ini:

RAKYAT KECIL:Pasti kecil orangnya
karena kurang gizi,
Pasti kecil dapat duitnya,
Pasti kecil tempat tinggalnya,
Pasti kecil keinginannya,
Pasti kecil bohongnya,
Pasti besar IMANnya
Dan BESAR di mata TUHAN
Beda dengan……

PEMBESAR:Pasti besar orangnya,
Pasti besar dapat duitnya,
Pasti besar rumahnya,
Pasti besar keinginannya,
Pasti besar kantong bajunya,
Pasti besar bohongnya,
Pasti kecil IMANnya,
Dan KECIL di mata TUHAN

(NURJANAH, Kelas 5 SD Inpres, Jateng)