Ustadz ku: Guru Agama, Bukan Koruptor dan Tidak Cabul
Ketika anak pertama saya berumur
8 tahun dan yang kedua 4 tahun atau tepatnya tahun 2004, saya dan isteri
memutuskan untuk memanggil Ustadz guna mengajarkan Tahsin Alquran pada kami
sekeluarga. Sebagai seorang pekerja keras yang mengutamakan karir saya tidak
tahu dan bahkan ketika itu tidak mau tahu bahwa seorang muslim memiliki
kewajiban untuk senantiasa mempelajari Dinul Islam, khususnya Sholat, Zakat dan
Puasa yang berdasarkan Alquran dan Assunnah serta sesuai dengan pemahaman
Salafush sholeh. Ketika itu saya
berpikir pendidikan agama anak-anak saya cukup saya serahkan pada sekolahnya,
maka saya memilih YPI Al-Azhar sebagai tempat anak-anak saya bersekolah.
Berjalannya waktu ternyata
anak-anak saya termasuk yang masih di TK Islam Al-Azhar ketika itu sudah lancar
membaca Alquran, bahkan yang sulung sudah khatam Alquran pada saat duduk di
kelas III. Saya membaca Alquran "asal" akhirnya malu pada anak-anak, sehingga
hadirlah seorang ustad yang senantiasa datang ke rumah (1x seminggu, 2 jam)
untuk mengajarkan membaca Alquran pada kami sekeluarga.
Ustad ini putra Banjarmasin Kalimantan,
ketika itu masih muda, usianya kira-kira 35 tahun. Saya dan keluarga kagum
bukan saja suaranya yang sangat indah ketika melantunkan ayat-ayat Alquran,
namun memiliki kesabaran dan keikhlasan yang luar bisa dalam berdakwah. Tidak peduli
hujan deras, beliau tetap saja memenuhi amanahnya mengajarkan Alquran. Alhamdulillah
keluarga saya sudah lancar membaca Alquran "dengan baik & benar" bahkan kini anak saya yang ke 3
Alzahra (6 tahun) menjadi murid beliau yang mungkin paling “kolokan”. Kalau
belajar kadang-kadang minta “dipangku”, dan kalau target yang ditetapkan sang
Ustadz tercapai misalnya membaca 1 halaman, maka nagih permen yang dijanjikan. Sehingga
kalau Pak Ustadz lupa membawa permen, terpaksa membeli di warung dekat rumah.
Sudah lebih dari 9 tahun beliau
mengajarkan Alquran di rumah secara terus menerus tanpa putus, belum
pernah sekalipun bicara uang transport apalagi honor, betul-betul ikhlas dalam
berdakwah. Kalau menjelaskan arti ayat-ayat suci sangat fasih dan anak-anak sangat “menikmati”, dan alhamdulillah anak ke 2 saya mendapat hidayah
sehingga minta ke Pondok Pesantren (SMP) setelah selesai dari SDI Al-Azhar
Sentra Primer Jakarta Timur.
Inilah Ustadz guru agama Islam yang
Insya Allah benar-benar “Islami” bukan pembohong, bukan garong dan tidak cabul
serta hidup sederhana. Meskipun Islam memperbolehkan beristeri lebih dari 1,
beliau tetap setia dengan satu isteri, sehingga tidak melakukan poligami.
Beliau juga mengingatkan saya agar senantiasa memberikan makan, minum pakaian
pada isteri dan anak-anak dari rejeki yang halal, karena kualitas hidup
keluarga saya tergantung dari makanan dan minuman yang saya berikan. Generasi
Rabbani tidak akan lahir dari keluarga yang makan dan minumannya diberikan dari
rejeki yang tidak halal. Nasehat yang sederhana namun tepat sasaran.
Kekaguman saya tidak pernah
hilang terhadap beliau, beliau yang saya kenal 9 tahun lalu, sampai sekarang
tidak “berubah” bahkan tambah “sholeh” akibat amalan-amalan beliau.
Dilain sisi dalam beberapa waktu
terakhir media sering menyajikan berita ada Ustadz yang main Video Porno
(utadz Golkar), Menikmati Video Porno (ustadz PKS), Korupsi Dana Haji (Menteri
Agama yang hafal Alquran), Korupsi Alquran, bantuan untuk Madrasah (Golkar), Korupsi
Daging Sapi (ustadz PKS), beberapa kasus ustadz yang sudah dipenjara (PAN). Manusia-manusia bejat dan tidak bermoral ini
potensial “membusukkan” Islam dari dalam.
Pemberitaan negatif media yang
dilakukan secara masif terhadap ustadz-ustadz PKS yang mungkin terlibat kasus daging
sapi, telah mendegradasi sebutan Ustadz, yang sebelumnya bermakna guru agama, ilmunya
dalam dan amalannya luar biasa ikhlas serta sabar, pada akhirnya menjadi “busuk”.
Harusnya
Partai-Partai yang menyebut para pimpinannya USTADZ mawas diri, apakah mereka
pantas disebut ustdaz? Bukankah ustadz adalah profesi yang sangat mulia,
jurubicara/wakil Rasulullah shalallahu `alaihi wa sallam dalam menyampaikan
firman Allah swt. Sementara kelakuan para ustadz yang ada di partai politik dan
beberapa diantaranya sudah terbukti derajadnya jauh lebih rendah dari manusia
normal. Mereka bertindak sebagai garong karena korupsi, pemuas nafsu sahwat
karena “main” dalam video porno dengan artis, menikmati video porno di
tengah-tengah menjalankan tugas dan pembohong yang luar biasa pedenya dalam
upaya membela rekannya. Bahkan dengan enteng memfitnah lembaga KPK yang
menangkap koruptor. Maling, Bejat, Pembohong, Pemfitnah dan Pamer Kekayaan.
Sementara ustadz
yang sebenarnya memiliki derajad yang jauh lebih tinggi dibandingkan manusia
lainnya dan hal tsb sudah dinyatakan dalam beberapa firman Allah swt (ustadz
adalah orang berilmu dan ikhlas beramal)
Saya tetap mencintai
ustadz Salmanie karena Allah swt, beliau telah mendidik keluarga saya dengan
ikhlas dan sabar sehingga kami sekeluarga lancar membaca Alquran, semoga Allah
swt senantiasa menjaga ilmunya dan kesehatannya sehingga beliau tetap dapat berdakwah
sebagaimana layaknya seorang ustadz yang mengemban amanah dari Allah swt dan
RasulNya.
Sementara saya
membenci para ustadz yang melakukan korupsi dan kemaksiatan-kemaksiatan lainnya
karena Allah swt, semoga mereka mendapat laknat yang setimpal di akhirat kelak,
karena mereka telah menyelewengkan ajaran-ajaran Islam secara sadar dan
berjamaah melakukan kebohongan. Mereka sama sekali tidak berdakwah untuk kemaslahatan
umat, tetapi mempergunakan ayat-ayat suci Alquran untuk mencuci otak konstituennya.
Setelah konstituennya tercuci otaknya seolah-olah pimpinannya bersih, maka
target sebenarnya mulai dilaksanakan yaitu meraih Tahta, Harta dan Wanita, dan mereka
sedang menikmati "surga dunia" tersebut.
Semoga masih ada
ustadz yang berdiri di jalan yang lurus dalam parpol tersebut, sehingga
eksploitasi konstituen tidak diteruskan. Semoga ustadz yang lurus tsb memiliki
keberanian untuk amar ma’ruf nahi mungkar guna mengingatkan teman-temanya agar
menjauhi kemaksiatan-kemaksiatan. Melakukan tobatan (nasional) yang nasuha,
sehingga harta-harta tidak halalnya dikembalikan pada negara dan bangsa. Masak
sih ustads begitu saja nggak tahu......................................
Contohlah ustadz saya: Ustadz Salmanie tidak gila
harta,tidak gila wanita dan tidak gila kemewahan