Jumat, 15 Februari 2013

Ustadz Salmanie Ustadz Asli



Ustadz ku: Guru Agama,  Bukan Koruptor dan Tidak Cabul
Ketika anak pertama saya berumur 8 tahun dan yang kedua 4 tahun atau tepatnya tahun 2004, saya dan isteri memutuskan untuk memanggil Ustadz guna mengajarkan Tahsin Alquran pada kami sekeluarga. Sebagai seorang pekerja keras yang mengutamakan karir saya tidak tahu dan bahkan ketika itu tidak mau tahu bahwa seorang muslim memiliki kewajiban untuk senantiasa mempelajari Dinul Islam, khususnya Sholat, Zakat dan Puasa yang berdasarkan Alquran dan Assunnah serta sesuai dengan pemahaman Salafush sholeh.  Ketika itu saya berpikir pendidikan agama anak-anak saya cukup saya serahkan pada sekolahnya, maka saya memilih YPI Al-Azhar sebagai tempat anak-anak saya bersekolah.
Berjalannya waktu ternyata anak-anak saya termasuk yang masih di TK Islam Al-Azhar ketika itu sudah lancar membaca Alquran, bahkan yang sulung sudah khatam Alquran pada saat duduk di kelas III. Saya membaca Alquran "asal" akhirnya malu pada anak-anak, sehingga hadirlah seorang ustad yang senantiasa datang ke rumah (1x seminggu, 2 jam) untuk mengajarkan membaca Alquran pada kami sekeluarga.
Ustad ini putra Banjarmasin Kalimantan, ketika itu masih muda, usianya kira-kira 35 tahun. Saya dan keluarga kagum bukan saja suaranya yang sangat indah ketika melantunkan ayat-ayat Alquran, namun memiliki kesabaran dan keikhlasan yang luar bisa dalam berdakwah. Tidak peduli hujan deras, beliau tetap saja memenuhi amanahnya mengajarkan Alquran. Alhamdulillah keluarga saya sudah lancar membaca Alquran "dengan baik & benar" bahkan kini anak saya yang ke 3 Alzahra (6 tahun) menjadi murid beliau yang mungkin paling “kolokan”. Kalau belajar kadang-kadang minta “dipangku”, dan kalau target yang ditetapkan sang Ustadz tercapai misalnya membaca 1 halaman, maka nagih permen yang dijanjikan. Sehingga kalau Pak Ustadz lupa membawa permen, terpaksa membeli di warung dekat rumah.
Sudah lebih dari 9 tahun beliau mengajarkan Alquran di rumah secara terus menerus tanpa putus, belum pernah sekalipun bicara uang transport apalagi honor, betul-betul ikhlas dalam berdakwah. Kalau menjelaskan arti ayat-ayat suci sangat fasih dan anak-anak sangat “menikmati”, dan alhamdulillah anak ke 2 saya mendapat hidayah sehingga minta ke Pondok Pesantren (SMP) setelah selesai dari SDI Al-Azhar Sentra Primer Jakarta Timur.
Inilah Ustadz guru agama Islam yang Insya Allah benar-benar “Islami” bukan pembohong, bukan garong dan tidak cabul serta hidup sederhana. Meskipun Islam memperbolehkan beristeri lebih dari 1, beliau tetap setia dengan satu isteri, sehingga tidak melakukan poligami. Beliau juga mengingatkan saya agar senantiasa memberikan makan, minum pakaian pada isteri dan anak-anak dari rejeki yang halal, karena kualitas hidup keluarga saya tergantung dari makanan dan minuman yang saya berikan. Generasi Rabbani tidak akan lahir dari keluarga yang makan dan minumannya diberikan dari rejeki yang tidak halal. Nasehat yang sederhana namun tepat sasaran.
Kekaguman saya tidak pernah hilang terhadap beliau, beliau yang saya kenal 9 tahun lalu, sampai sekarang tidak “berubah” bahkan tambah “sholeh” akibat amalan-amalan beliau.
Dilain sisi dalam beberapa waktu terakhir media sering menyajikan berita ada Ustadz yang main Video Porno (utadz Golkar), Menikmati Video Porno (ustadz PKS), Korupsi Dana Haji (Menteri Agama yang hafal Alquran), Korupsi Alquran, bantuan untuk Madrasah (Golkar), Korupsi Daging Sapi (ustadz PKS), beberapa kasus ustadz yang sudah dipenjara (PAN).  Manusia-manusia bejat dan tidak bermoral ini potensial “membusukkan” Islam dari dalam.
Pemberitaan negatif media yang dilakukan secara masif terhadap ustadz-ustadz PKS yang mungkin terlibat kasus daging sapi, telah mendegradasi sebutan Ustadz, yang sebelumnya bermakna guru agama, ilmunya dalam dan amalannya luar biasa ikhlas serta sabar, pada akhirnya menjadi “busuk”.
Harusnya Partai-Partai yang menyebut para pimpinannya USTADZ mawas diri, apakah mereka pantas disebut ustdaz? Bukankah ustadz adalah profesi yang sangat mulia, jurubicara/wakil Rasulullah shalallahu `alaihi wa sallam dalam menyampaikan firman Allah swt. Sementara kelakuan para ustadz yang ada di partai politik dan beberapa diantaranya sudah terbukti derajadnya jauh lebih rendah dari manusia normal. Mereka bertindak sebagai garong karena korupsi, pemuas nafsu sahwat karena “main” dalam video porno dengan artis, menikmati video porno di tengah-tengah menjalankan tugas dan pembohong yang luar biasa pedenya dalam upaya membela rekannya. Bahkan dengan enteng memfitnah lembaga KPK yang menangkap koruptor. Maling, Bejat, Pembohong, Pemfitnah dan Pamer Kekayaan.
Sementara ustadz yang sebenarnya memiliki derajad yang jauh lebih tinggi dibandingkan manusia lainnya dan hal tsb sudah dinyatakan dalam beberapa firman Allah swt (ustadz adalah orang berilmu dan ikhlas beramal)
Saya tetap mencintai ustadz Salmanie karena Allah swt, beliau telah mendidik keluarga saya dengan ikhlas dan sabar sehingga kami sekeluarga lancar membaca Alquran, semoga Allah swt senantiasa menjaga ilmunya dan kesehatannya sehingga beliau tetap dapat berdakwah sebagaimana layaknya seorang ustadz yang mengemban amanah dari Allah swt dan RasulNya.
Sementara saya membenci para ustadz yang melakukan korupsi dan kemaksiatan-kemaksiatan lainnya karena Allah swt, semoga mereka mendapat laknat yang setimpal di akhirat kelak, karena mereka telah menyelewengkan ajaran-ajaran Islam secara sadar dan berjamaah melakukan kebohongan. Mereka sama sekali tidak berdakwah untuk kemaslahatan umat, tetapi mempergunakan ayat-ayat suci Alquran untuk mencuci otak konstituennya. Setelah konstituennya tercuci otaknya seolah-olah pimpinannya bersih, maka target sebenarnya mulai dilaksanakan yaitu meraih Tahta, Harta dan Wanita, dan mereka sedang menikmati "surga dunia" tersebut.
Semoga masih ada ustadz yang berdiri di jalan yang lurus dalam parpol tersebut, sehingga eksploitasi konstituen tidak diteruskan. Semoga ustadz yang lurus tsb memiliki keberanian untuk amar ma’ruf nahi mungkar guna mengingatkan teman-temanya agar menjauhi kemaksiatan-kemaksiatan. Melakukan tobatan (nasional) yang nasuha, sehingga harta-harta tidak halalnya dikembalikan pada negara dan bangsa. Masak sih ustads begitu saja nggak tahu......................................
Contohlah ustadz saya: Ustadz Salmanie tidak gila harta,tidak gila wanita dan tidak gila kemewahan