Kamis, 31 Januari 2013

Ustad-ustad penentang Allah Azza wa Jalla dan Rasulullah SAW

Berita ditangkapnya Ustad yang menjabat Presiden Partai Islam mengagetkan bagi kaum mukminin, namun dianggap biasa saja oleh Muslim yang memahami politik.
Seseorang masuk kedalam kancah politik memiliki tujuan akhir yang jelas yaitu Tahta, Harta dan Wanita. Muslim yang paham politik tidak akan pernah terkejut ketika ada ustad yang menonton video porno ketika rapat kerja, korupsi Alquran, makan daging hewan dan daging wanita. Fakta sudah menunjukkan para ustad yang sebelum masuk ke kancah politik dan masih menekuni ladang dakwah fisabilillah dapat hidup sederhana dan beristri satu. Begitu mereka mendudukti "tahta" dan memiliki harta haram, maka iblis sudah menjadi boss mereka.
Mereka paham bahwa Allah Azza wa Jalla akan meng-adzab mereka karena sudah melupakan amanah, namun mereka terlalu "pede" dengan ilmu agama mereka. Mereka yakin bahwa setelah makan harta haram dan berzina, mereka akan dapat menebusnya dengan amalan baik. Itulah sebabnya mereka senantiasa dikenal "dermawan" di lingkungannya.
Bahkan ada seorang ustad "mbeling" tapi citranya sampai saat ini baik, pernah mengatakan jika sudah memegang kekuasaan maka Tuhanpun akan dilawan. Para Ustad dari partai politik tersebut saat ini kembali menantang Allah Azza wa Jalla. Bukan hanya pelaku yang berani melawan Allah Azza wa Jalla, namun juga para ustad yang menjadi sekutunya, berusaha membela dengan cara memfitnah orang lain yang berusaha menegakkan kebenaran, paling tidak mereka akan berusaha berkata bohong untuk sekedar memberikan pembelaan.
Mereka paham betul hadis-hadis Rasulullah SAW yang melarang korupsi/mencuri, memfitnah, melupakan amanah, ingkar janji dan berkata bohong. Mereka paham betul adzab yang mengancam mereka, namun dunia telah menipu mereka, menggelapkan mata hatinya, sehingga harta haram, daging hewan dan daging wanita dilahapnya dengan penuh kenikmatan. Kitab suci Alquran yang seharusnya menjadi pegangan hidup kaum muslimin juga telah direndahkannya dengan mengkorupsinya.
Dari sudut akidah perbuatan para ustad-ustad tersebut benar-benar biadab, namun dari sudut politik apa yang mereka lakukan adalah sah-sah saja. Jadi para penggembira partai politik dan simpatisannya seharusnya menyadari bahwa para petinggi partai berhak untuk menikmati tahta yang mereka perjuangkan, harta yang mereka kumpulkan dengan menghalalkan segala cara, serta wanita "nakal" yang memang mudah untuk diperoleh melalui kekuasaan dan harta yang mereka miliki. Para anggota dan simpatisan partai politik tidak usah pura-pura terkejut dengan kelakuan para petinggi partai, karena jika suatu waktu anda menjadi petinggi partai kelakuan anda mungkin akan lebih biadab dibanding mereka. Slogan bahwa untuk mengubah kondisi negara harus masuk ke dalam sistem itulah hanyalah jargon parpol semata, bahwa partainya adalah partai islam itu hanya merupakan strategi "branding" untuk mengelabui orang-orang "jahil" agar dengan suka cita menjadi "fannya". Tujuan akhir masuk politik tidak akan pernah lari dari Tahta, Harta dan Wanita. Jadi tidak usah pura-pura terkejut........................