Membaca berita dari berbagai media
perihal Adzan, khususnya pernyataan Wakil Presiden RI Budiono maupun Mantan
Wakil Presiden RI Jusuf Kala, dimana Pak Budiono menyatakan bahwa Adzan akan
lebih baik jika dikumandangkan dengan pelan, sayup-sayup akan lebih meresap di
kalbu, sementara Pak JK menyatakan bahwa Adzan lebih baik dikumandangkan dengan
keras. Pak Budiono menyatakan hal tersebut di depan para pemuka agama demikian
juga Pak JK. Komentar dari berbagai lapisan masyarakat beragam, dari mulai yang
mencela bahwa pemahaman Pak Budiono terhadap pentingnya Adzan dan Sholat
terbatas, sampai kemudian komentar yang memuji pemahaman Pak JK terhadap Islam
yang lebih baik.
Ketika Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sudah menetap di Madinah dan selesai membangun
masjid, maka kaum muslimin yang ingin menjalankan sholat di masjid tsb menurut
waktunya, mendatangi masjid tanpa pemberitahuan. Selesai sholat mereka pulang
ke rumah masing-masing, kemudian mereka akan datang ke masjid pada awal waktu
sholat berikutnya.
Melihat kondisi demikian Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam berpikir, alangkah baiknya jika
kaum muslimin mengetahui sesuatu tanda kapan waktu sholat tiba dan dekatnya
waktu sholat hendak didirikan. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengumpulkan para Sahabat dan minta
pendapatnya. Ada yang mengusulkan agar menggunakan lonceng, tetapi beliau
kurang berkenan karena orang-orang Nasrani telah memakainya, kemudian ada yang
mengusukan agar memakai terompet, namun kembali beliau kurang berkenan karena
orang-orang Yahudi telah mempergunakan. Pada hari itu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan para
sahabat belum mendapatkan cara terbaik bagaimana memanggil kaum muslimin bahwa
waktu sholat sudah tiba dan pemberitahuan bahwa sholat sudah akan didirikan.
Pada suatu hari Sahabat Abdullah bin Zaid al-Anshari al-Khazraji
dalam tidur bertemu dengan seorang laki-laki yang membawa lonceng, kemudian
beliau bertanya: “Wahai hamba Allah
apakah engkau hendak menjual lonceng?” Kemudian hamba Allah tsb bertanya: “Apa yang hendak engkau lakukan terhadap
lonceng ini”. Maka beliau menjawab: “Untuk
memanggil sholat”. Hamba Allah tsb kemudian berkata: “Maukah aku tunjukkan kepadamu sesuatu yang lebih baik darinya?”.
Kemudian beliau bertanya lagi: “Apa itu?”
Hamba Allah tsb berkata: “ Ucapkanlah Allaahu
Akbar, Allaahu Akbar, Asyhadu Allah Ilaaha illallaah, Asyhadu allaa Ilaaha
illallaah. Asyhadu anna Muhammadar Rasulullaah, Asyhadu anna Muhammadar
Rasulullaah. Hayya alash Shalaah, Hayya alash Shalaah. Hayya alal Falaah, Hayya
alal Falaah. Allaahu Akbar, Allaahu Akbar. Laa ilaaha illallaah.
Kemudian Abdullah menyampaikan
mimpi tersebut pada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam , maka beliau bersabda: “Itu adalah mimpi yang benar, insya Allah. Pergilah pada Bilal dan
ajarkan hal itu kepadanya karena suaranya
lebih nyaring daripada kamu”
Ketika Bilal mengumandangkannya,
Umar bin al-Khaththab mendengarnya maka beliau mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan
berkata: ‘Wahai Nabi Allah, demi dzat yang mengutusmu dengan kebenaran, sungguh
aku telah bermimpi yang sama dengan mimpinya”, maka Rasulullah saw bersabda:
“Segala puji bagi Allah”. Dalam sholat shubuh Bilal menambahkan Ash-Shalaatu
Khairan minan Naum dan hal ini disetujui oleh oleh Nabi saw. Kemudian Nabi saw
mengajarkan iqamat pada Bilal, beliau bersabda: Allaahu Akbar, Allaahu Akbar, Asyhadu Allah Ilaaha illallaah, Asyhadu
anna Muhammadar Rasulullaah, Hayya alash Shalaah. Hayya alal Falaah, Qad
Qaamatish Shalah, Qad Qaamatish Shalah, Allahu Akbar, Allaahu Akbar. Laa ilaaha
illallaah.
Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memilih
Bilal untuk mengumandangkan adzan, salah satu pertimbangan beliau adalah Bilal memiliki suara yang nyaring,
selain suara Bilal memang enak (merdu) didengar.
Kota Jakarta dan sekitarnya seperti
Tangerang, Bekasi, Depok dan Bogor mobilitas warganya luar biasa, dengan
kondisi lalu lintasnya luar biasa semrawut dan penuh kemacetan, sehingga
sebagian besar warga menghabiskan waktu lebih dari 14 jam di luar rumah untuk
menempuh perjalanan dari rumah ke tempat kerja dan bekerja keras. Kebanyakan
para pekerja keluar rumah pukul 5 pagi dan kembali ke rumah sekitar jam 9
malam. Bahkan para pelajarpun harus bangun pukul 04.30 karena sekolah di
Jakarta dimulai pukul 06.30 wib. Kesemrawutan lalu lintas, ditambah tindak
kriminalitas yang setiap saat mengancam telah
mengakibatkan anggota masyarakat mengalami kelelahan fisik dan psikis
yang luar biasa.
Dalam kondisi seperti ini istirahat
tidur sangat diperlukan oleh warga masyarakat. Kelelahan fisik akan membuat
para warga tidur sangat nyenyak sehingga waktu shubuh yang tiba pada sekitar
jam 04.30 wib akan sulit disadari oleh kaum muslim ibukota dan sekitarnya. Suara
adzan yang keras yang berkumandang sekitar 3-5 menit akan sangat membantu kaum
muslimin untuk segera bangun dan bersiap-siap menuju mesjid dalam rangka sholat
shubuh berjamaah. Bagi kaum muslimin suara Adzan merupakan panggilan dari Allah subhanahu wa ta’ala kepada hambanya untuk segera menunaikan
kewajiban yang telah diperintahkanNya.
Dengan demikian pernyataan mantan
wakil presiden lebih tepat dibanding pernyataan wakil presiden saat ini. Wallahu
a’lam.
Dr. H. Robert Sudaryono
Pusat Kajian
Pengembangan Sumber Daya Insani
Kampus IBII
Jakarta
Sumber: Syaikh
Abubakar Al-Jazairi, Al-Habib Muhammad Rasulullah saw.