Kamis, 28 Maret 2013

LALU LINTAS DI JAKARTA TIDAK BERADAB

Setiap pagi sebagai seorang ayah, saya memiliki tugas rutin mengantar anak perempuan yang sekolah di SMA 61 Duren Sawit Jakarta Timur, sebelum tugas mengajar di Kampus Kwik Kian Gie yang berlokasi di daerah Sunter Jakarta Utara.
Trotaar disepanjang Jalan Pahlawan Revolusi (?) mulai batas Jembatan Banjir Kanal sampai ke arah Jembatan Klender sudah dirapikan oleh Pemda. Terima kasih pemda. Namun trotoar tsb seperti pagi tadi dan hampir setiap hari trotoar tersebut digunakan sebagai jalan mobil/angkot dan motor yang tidak mau antri ketika lalu lintas padat. Banyak mobil-mobil mewah yang juga seenaknya naik ke atas trotoar, sehingga pelajar yang menunggu angkutan umum, kadang-kadang harus minggir ke batas got, dan memberi jalan pada mobil/angkot yang naik trotoar. Sungguh kelakuan biadab.
Dapat dipastikan mobil-mobil mewah yang naik ke trotoar dibeli atau diperoleh dengan cara yang tidak halal. Karena harta yang diperoleh dengan cara halal akan membawa berkah dan kemaslahatan bagi orang lain.
Demikian pula lampu lalu lintas hampir tidak berfungsi karena lampu lintas tidak pernah dipatuhi oleh para pengendara motor, sungguh miris setiap kali melihat ulah para biker, mereka sama sekali tidak mau mentaati peraturan lalu lintas, bahkan mereka juga seringkali tidak peduli jika ada pelajar putri yang mau menyeberang jalan. Alangkah sombongnya mereka baru naik motor saja sudah tidak memiliki adab-adab berkendara dan tidak peduli terhadap keselamatan orang lain. Kalau iman saya lagi turun, dan ketika melihat ada biker ngebut yang kadang nyaris menabrak pelajar SD/SMP putri, saya mengumpat: mudah-mudahan orang tsb nabrak pohon, dan motor kreditannya hancur. Astagfirullah .......
Kondisi tsb diperparah karena hampir tidak ada petugas polisi yang berusaha menertibkan kondisi lalu lintas yang tidak beradab tersebut, sehingga kesemrawutan lalu lintas semakin hari semakin parah. Apakah ini ada korelasi dengan perilaku Jenderal Pol Djoko S sebagai Kakorlantas, yang tugasnya cuma mengkorupsi uang negara dan bermaksiat dengan perempuan, sehingga moral bawahannya menjadi turun dan tidak memiliki semangat menertibkan jalan raya.
Apakah para petinggi Polri, khususnya yang di Jakarta  tidak malu melihat kondisi lalu lintas seperti ini dan tidak tergerak untuk membuat program penertiban lalu lintas?
Kalau saja para petinggi Polri mau mencontoh Gubernur Jokowi untuk turun ke bawah, Insya Allah lalu lintas akan tertib dan teratur, sehingga masyarakat akan respek pada Polri. Hal itu penting agar masyarakat tidak menduga bahwa semua jenderal kelakuannya seperti Jenderal Djoko S, koruptif dan tidak peduli terhadap amanahnya.
Ada beberapa perempatan yang ada Satpol PP, tetapi mereka lebih sering hanya bergerombol ngobrol atau main HP, sehingga fungsinya tidak jelas. Kalau memang polisi dan Satpol PP tidak mampu menertibkan lalu lintas, akan lebih baik jika minta bantuan TNI. Saya yakin TNI akan bersedia membantu dan jika kerjasama tsb dapat dilaksanakan mungkin akan dapat mengurangi gesekan-gesekan antara anggota Polri dengan TNI, hasilnya masyarakat akan sangat respek pada Polisi dan Tentara.
Bekerja demi kepentingan masyarakat akan membawa berkah bagi kehidupan anda semua, masyarakat Jakarta memerlukan polisi yang amanah dan tegas dalam menjalankan tugas. Jika kondisi lalu lintas Jakarta dibiarkan seperti ini maka "kiamat lalu lintas"sudah dekat.