Jumat, 13 Desember 2013

Harapanku Pada Jenderal Sutarman sebagai Kapolri Baru

Syukur Alhamdulillah putra Sukoharjo, Solo ini akhirnya mampu meraih puncak karir sebagai Jenderal bintang empat dan menjabat Kapolri. Tentu ini adalah impian semua anggota kepolisian negeri ini. Yang mengejutkan adalah beliau mau memberikan sambutan pada saat bedah bukunya Pak Hugeng, polisi jujur yang pernah menjadi Kapolri di masa Orde Baru. Hugeng memang menjadi idola masyarakat terhadap seorang polisi. Sikap dan perilaku beliau sangat berbeda dengan pejabat di masa tsb. Ketika itu banyak pejabat dan keluarganya yang arogan, anak jenderal nembak orang itu sudah biasa. Namun Pak Hugeng jauh dari isu-isu negatif seperti itu. Beliau tetap hidup sederhana dan menjauhkan keluarganya dari perilaku sesat layaknya keluarga pejabat lainnya. Sehingga Gus Dur (alm) membuat candaan bahwa polisi jujur itu hanya ada 3 yaitu: polisi tidur, polisi patung dan polisi Hugeng. Dengan kehadiran Pak Tarman untuk memberi sambutan bukunya Pak Hugeng, masyarakat berharap semoga beliau bisa mengambil hal-hal positif dari Pak Hugeng dan menanamkan semangatnya hidup Pak Hugeng pada jajaran kepolisian. Tentu hal tsb harus dimulai dari jajaran pimpinan polri terlebih dahulu. Mudah-mudahan budaya setoran seperti di polri saat ini mampu dihapuskan, juga rekayasa kasus tidak ada lagi.Jenderal Sutarman sudah memberikan contoh dengan mengganti mobil dinasnya yang mewah dengan Inova, hebat seperti para pimpinan KPK yang tampil sederhana. Sebagai warga Jakarta saat ini, problem yang paling menyesakkan adalah keruwetan lalu lintas. Para pemakai jalan seenaknya melanggar lalu lintas. Pemotor dan kadang-kadang pengemudi mobil tanpa rasa malu dan sungkan melanggar rambu-rambu lalu lintas. Mereka tidak menghargai sama sekali para pejalan kaki. Tiap pagi mengantar anak sekolah dari Pulogebang ke Duren Sawit kemudian kembali ke arah Rawamangun dan akhirnya ke Kampus Sunter, sering menyaksikan anak-anak SD, SMP dan SMA nyawanya terancam ketika menyeberang jalan. Para pemotor dan pengemudi mobil sama sekali tidak beradab, tidak mau memberi kesempatan anak-anak tsb menyeberang dengan aman. Ketika berangkat dari rumah ba'da shubuh, sering menyaksikan ibu-ibu yang menggendong bayi, menuntun anaknya yang mengenakan seragam SD, mungkin kelas 1 atau 2 ketika menyeberang jalanpun jarang yang mau memberi kesempatan. Sepertinya para pemotor dan pengemudi mobil tsb bukan lagi manusia, melainkan binatang yang tidak memiliki hati nurani. Mereka ngebut, menyerobot jalur, melanggarn rambu lalu lintas dan bahkan melawan arus. Tentu kondisi ini sangat membahayakan bagi para ibu yang mengantar anak maupun anak-anak itu sendiri. Oleh sebab itu kami berharap banyak pada Jenderal Sutarman, semoga beliau berkenan memerintahkan jajarannya khususnya Korp Lalu Lintas, agar mereka bersedia menegakkan aturan lalu lintas setegas mungkin, agar para pemotor dan pengemudi patuh pada hukum. Kenapa saya berharap pada beliau, karena selama ini meskipun sudah berganti-ganti Kapolri, masalah lalu lintas khusunya di Jakarta bukan tambah tertib namun tambah semrawut. Rasanya polisi Jogya dan Solo masih lebih disiplin dalam menegakkan aturan berlalu lintas. Ketika liburan kesana tahun lalu, ada pemotor dan pengemudi yang berhenti di Traffic Light dan melewati garis, mereka ditilang. Tidak terlihat pemotor dan pengemudi mobil ugal-ugalan dan pindah jalur seenaknya. Kapan polisi di Jakarta melakukan hal tsb. Semoga Pak Tarman juga memberikan perhatian pada kondisi lalu lintas di Jakarta.